Situs sejarah jadi kebun sawit, pengusulan Tengku Buwang Asmara jadi pahlawan terhambat?

id Tengku buwang asmara, buwang asmara, pahlawan siak, siak,Perang guntung

Situs sejarah jadi kebun sawit, pengusulan Tengku Buwang Asmara jadi pahlawan terhambat?

Ketua TP2GD Riau, Muhammad Azali Johan saat memberikan paparan di Siak. (ANTARA/Bayu Agustari Adha)

Siak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Siak mengusulkan Sultan Mahmud Abdul Jalil Muzzafarsyah atau yang bergelar Tengku Buwang Asmara menjadi pahlawan nasional mengingat kisahnya melawan Belanda di Pulau Guntung, Kecamatan Sabak Auhdi era merebut kemerdekaan.

Namun, saat ini di sekitar lokasi perang tersebut telah jadi kebun sawit sehingga tidak terlihat bukti adanya sisa-sia perang Sultan Siak ke-2 tersebut. Hal ini menyulitkan Tim Pengkaji dan Peneliti Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Riau untuk mengusulkannya ke negara.

Ketua TP2GD Riau, Muhammad Azali Johan mengingatkan bahwa kisah perjuangan itu tidak bisa direka-reka. Pengusulan pun tidak bisa coba-coba karena banyak yang mengajukan seorang tokoh berjuang tapi buktinya tidak ada.

"Saya harapkan agar betul-betul secara fisik Tengku Buwang Asmara ini faktanya apa? Pada waktu kita meninjau ke Guntung itu ternyata yang dikatakan bekas Benteng Belanda untuk mengambil pajak setiap kapal masuk keluar itu tidak terlihat," kata Muhammad Azali Johan saat Diskusi pengusulan Tengku Buwang Asmara di Siak, Rabu.

Menurutnya, bukti situs sejarah harus nampak dan TP2GD Kabupaten Siak harus turun dan menggali lagi.

Pemkab sudah meletakkan batu perjuangan, tapi bukan di Pulau Guntung, tapi di ibu kota Desa Selat Guntung tersebut.

"Waktu masuk ke dalam bertemu batu-batu dan kuburan-kuburan yang tidak jelas kuburan siapa. Dikatakan ada Loji (kantor perdagangan Belanda) benar tidak itu ada? ini sangat penting bukti-bukti yang nyata, ada makam tapi tak tahu itu makam siapa. Itu ada batunya, batu yang tak ada di sini, dari luar yang batunya asli itu kebanyakan itu datang dari Malaka," ceritanya.

"Lalu dalam itu ada kebun sawit, tolong benahi ini, di kubur ada sawit sana sawit sawit sini. Ini penting kepada Bupati dan yang terdekat tolong dicari dan digali," tambahnya.

Sementara itu, TP2GD Riau lainnya OK Nizami Jamil menyampaikan soal situs biasanya tak pernah terselesaikan. Itu karena pemerintah tak punya tim ahli yang harusnya menjadi Tugas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

"Seperti juga di Kampung Tengah, Kecamatan Mempura, katanya ada Istana Tengku BuwangAsmara. Tapi siapa yang bisa membuktikan, apa ada tiangnya, batunya? Itu tak jelas maka itu ada tim cagar budaya. Kalau tak mengerti datangkan ahlinya, satu dua orang cukup," sebutnya.

Bupati Siak Alfedrisendiri mengakui memang di lokasi peristiwa yang dikenal Perang Guntung tersebut sudah ditanami sawit. Ternyata tanah di sana sudah dikuasai dan dijual sehingga sekarang sudah ditanami sawit.

"Kami sudah berpesan ke penghulu dan camat sebelumnya supaya ini dibebaskan dulu, rupanya tanah ini sudah dikuasai dan dijual pula ke pihak lain dan sudah ditanami sawit," ungkapnya.

Oleh karena itu saat ini dia meminta Dinas Sosial agar tanah tersebut harus dibebaskan. Selanjutnya akan dibuat kawasan lojinya seperti apa dan berapa luas bentengnya oleh tim ahli sama seperti pada tahun kejadian perang yang terjadi pada 1759.