Pengusulan Tengku Buang Asmara jadi pahlawan nasional diajukan 2022

id Tengku buwang asmara, pahlawan siak, siak

Pengusulan Tengku Buang Asmara jadi pahlawan nasional diajukan 2022

Bupati Siak Alfedri ketika memimpin rapat pengusulan Tengku Buwang Asmara menjadi pahlawan nasional.(ANTARA/HO-Pemkab Siak)

Siak (ANTARA) - Bupati Siak Alfedri mengatakan pengusulan Sultan ke-2 Kerajaan Siak yakni Sultan Mahmud Abdul Jalil Muzaffarsyah atau Tengku Buwang Asmara sebagai pahlawan nasional paling lambat diajukan tahun 2023.

"Jika semua persyaratan, dokumen-dokumen sudah kita lengkapi, 2022 kita ajukan, paling lambat 2023. Karena akhir tahun ini kita akan melakukan seminar internasional," kata Alfredri, Rabu.

Menurutnya, pengusulan Tengku Buwang Asmara sebagai pahlawan nasional dibutuhkan komitmen bersama. Yakni antara Pemerintah Kabupaten Siak dan masyarakat.

Bentuk dukungan masyarakat itu terutama pada masyarakat yang berada di wilayah tempat terjadinya perang guntung di Kecamatan Sabak Auh. Hal itu bisa dengan membubuhkan tandatangan di spanduk putih.

"Sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap pengusulan Sultan Siak II menjadi pahlawan nasional. Nanti dinas sosial tolong siapkan kain putih, dari masyarakat Selat Guntung yang pertama, tokoh masyarakat termasuk kita semua yang terlibat dalam kegiatan itu, juga ikut tandatangan," pinta Alfedri.

Ia juga minta, semua yang berkaitan dengan sosok calon pahlawan yang diusulkan digaungkan lewat media sosial. Itu agar Tengku Buwang Asmara ini dapat dikenal secara luas karena masih banyak juga yang belum tahu.

"Saya minta kita yang hadir dan semua yang terlibat menggaungkan calon pahlawan nasional yang kita usulkan melalui media sosial," kata dia.

Tengku Buwang Asmara sendiri merupakan anak kedua pendiri Kerajaan Siak yakni Raja Kecik. Dia menjadi sultan Siak ke-2 pada tahun 1746-1760 yang di masanya melakukan perlawanan yang menyebabkan 50 lebih tentara Belanda tewas.

Baca juga: Situs sejarah jadi kebun sawit, pengusulan Tengku Buwang Asmara jadi pahlawan terhambat?

Baca juga: Arsip Belanda soal perlawanan Tengku Buwang Asmara masih dicari