Pekanbaru (ANTARA) - Sebanyak 37 murid di kelas 6A SDN 25 Pekanbaru, terlihat semangat mengupas kulit dan kambium dahan pohon jambu air di pekarangan rumahnya masing masing. Murid itu ternyata sedang menjalankan topik pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran IPA dengan materi perkembangbiakan tumbuhan secara vegetative buatan atau mencangkok.
Dengan tekun serta berhati-hati, para murid setelah membersihkan lendir pada ruas dahan yang telah mereka kuliti dengan pisau, kemudian menempelkan beberapa kepalan tanah hitam ke bagian yang sudah dikupas lalu ditutup dengan plastik dan dililit menggunakan sisa-sisa tali.
Begitu bersemangatnya murid tersebut dalam menerapkan instruksi pembelajaran sehingga terdapat beberapa murid bahkan berhasil menyelesaikan dua cangkokan selama pembelajaran virtual berlangsung. Kegiatan pembelajaran yang berdurasi dua jam itu terasa sangat singkat.
Tri Heni Endang Rochana Pamiluwati SP SPd, guru kelas tersebut, mengungkapkan ini adalah pengalaman baru murid belajar praktik mencangkok secara daring tetapi murid seolah-olah mereka sedang belajar tatap muka di kelas.
"Selama pandemi, pembelajaran tidak bisa praktik langsung. Kadang hanya diberi video maupun dari Youtube, nah kemarin langsung dipraktikkan," ujarnya.
Dalam suasana pembelajaran yang disajikan Tri Heni terhadap terhadap 37 murid di kelas tersebut, hanya terdapat 28 murid yang memiliki android lengkap sehingga bisa menggunakan zoom dengan dua aplikasi yaitu google meet dan jitsi. Sementara lima murid dengan android bisa menggunakan grup WA karena HP yang tidak memadai, dan 4 murid yang tidak memiliki HP belajar melalui LKPD. Dalam LKPD itu sudah ada materi dan langkah-langkah praktik pembelajaran yang dititip di tempat foto copy.
Pembelajaran berdiferensiasi
Tri Heni yang juga fasilitator pembelajaran di Tanoto Foudation Pekanbaru menjelaskan menggunakan metode pembelajaran diferensiasi bisa mengajak murid menjadi bersemangat mengikuti kegiatan. Metode itu adalah proses pembelajaran yang mencoba mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang ada pada murid. Menurutnya, tidak ada dua murid yang sama, semua berbeda dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda pula.
Dalam kelas diferensiasi, kata Heni, guru perlu memperhatikan tiga elemen penting dalam pembelajaran diferensiasi di kelas, yaitu konten yaitu mengenai apa yang murid pelajari. Kemudian Proses bagaimana murid akan mendapatkan informasi dan membuat ide mengenai hal yang dipelajarinya. Dan yang ketiga adalah Produk yaitu bagaimana murid akan mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajari.
Selanjutnya, ketiga elemen tersebut dimodifikasi dan diadaptasi berdasarkan penilaian yang dilakukan sesuai dengan tingkat kesiapan murid, ketertarikan dan learning profile. Tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat diterapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar murid yakni diferensiasi konten, proses, dan produk.
Dalam menjalankan pembelajaran berdiferensiasi, terlebih dahulu dilakukan tiga langkah, yaitu melakukan pemetaan kesiapan belajar murid melalui uji diagnosis awal semester, kemudian memilih aktivitas sesuai kurikulum kondisi khusus, dan ketiga merancang RPP Berdiferensisasi konten, proses, dan produk
Tahapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Tri Heni terlebih dahulu mengirim materi pembelajaran kepada seluruh murid melalui grup aplikasi percakapan kelas (WAG) untuk dipelajari lebih lanjut dan menentukan waktu daring. Tahapan ini disebut dengan istilah Asinkron. Setelah diperoleh kesepakatan waktu daring, maka guru menindaklanjuti dengan tahapan selanjutnya yang disebut Sinkron, yaitu pertemuan daring virtual dengan dua aplikasi Google Meet dan Jitsi Meet secara bersamaan, supaya murid bisa memilih sesuai kapasitas HP yang mereka miliki.
Dalam mengawali pertemuan daring, guru terlebih dahulu menyapa dengan menanyakan keadaan setiap murid untuk mencairkan suasana belajar. Setelah itu, mengajak seluruh murid berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan membuat kesepakatan belajar sekaligus menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada sesi itu.
Dalam proses pembelajaran yang seru ini, digunakan tiga fase pembelajaran, yaitu Fase Awal dengan memulai kegiatan pembelajaran secara klasikal untuk memfokuskan dan melibatkan murid dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya (minds On).
Fase Tengah dengan memperkenalkan pembelajaran secara luas atau memperluas pembelajaran, dan menyediakan peluang untuk latihan dan umpan balik (Aksi). Sedangkan Fase Akhir adalah untuk mengkonsolidasikan pembelajaran dan memberikan peluang untuk refleksi.
Kesimpulan, Refleksi dan Tindaklanjut
Setelah seluruh proses awal hingga tahap akhir pembelajaran, murid melakukan presentasidan menceritakan pengalaman dalam mencangkok, mengetahui jenis pohon apa saja yang dapat dicangkok, bagaimana cara mengupas dahan, membungkus, hingga memperlakukan cangkokan dengan baik.
Selain presentasi, murid juga memberikan refleksi atas proses pembelajaran yang mereka alami. Dari refleksi itu murid sangat memahami alur dan proses pelajaran karena terlibat langsung dengan objek yang dipelajari kemudian saling mendiskusikan dengan sesama murid yang difasilitasi oleh gurunya.
Unsur pembelajaran aktif yang terdiri dari mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi, yang dikembangkan Program PINTAR Tanoto Foundation nampak dalam proses pembelajaran ini.
Siswa Kelas 6A, Erico D Eriyansyah dalam refleksinya mengaku tidak menyangka bisa melakukan pencangkokan dalam pembelajaran ini.
"Mencangkok secara daring itu sangat menyenangkan. Awalnya terpikir mencangkok itu sangat sulit tapi setelah saya pelajari dan Ibu Tri Heni, saya menjadi mengerti dan berani untuk mencangkok. Saya diminta menyediakan bahan bahan yang dipakai untuk mencangkok. Bahan bahan tersebut tidaklah sulit didapatkan. Mama saya senang karena saya bisa mencangkok," ujarnya.
Yuni, orangtua siswa juga merasakan bahagia karena anaknya bisa mencangkok secara daring dari wali kelasnya. Terlebih bahan yang digunakan mencangkok dapat dicari sendiri oleh anaknya.
"Saya hanya mendampingi. Terima kasih kepada Ibu Heni yang berhasil memandu anak kami dan murid lainnya walau secara daring tapi hasilnya luar biasa," ujarnya
Menutup pembelajaran daring itu, Tri Heni bersama murid membuat kesepakatan berupa rencana tindak lanjut yaitu setiap murid mencangkok secara mandiri di rumah masing masing dengan tenggang waktu satu hingga satu setengah bulan bulan.
Tak lupa, guru juga memberikan apresiasi kepada para orang tua murid yang telah turut mendukung proses pembelajaran secara daring dengan menyediakan perangkat dan pendampingan terhadap anaknya selama belajar dari rumah serta dokumentasi karya anak-anaknya.
Berita Lainnya
Tanoto Foundation berbagi praktik baik proyek fasda perubahan 2.0
22 November 2024 15:05 WIB
Membangun warisan hijau di tengah hutan RAPP dengan 5 prinsip Sukanto Tanoto
27 April 2024 14:56 WIB
Tingkatkan literasi numerasi, Tanoto Foundation gelar pertemuan dengan stakeholder di Riau
23 November 2023 15:47 WIB
Tanoto Foundation Kunjungi SDN 13 dan SMPN I Bangkinang Kota
17 October 2023 23:49 WIB
Ikuti KSM tingkat nasional, siswa sekolah mitra Tanoto Foundation raih prestasi
07 September 2023 12:07 WIB
Meningkatkan minat baca di SD Negeri 27 Bantan Bengkalis
03 September 2023 20:05 WIB
TF bersama BPMP Riau sosialisasikan Rapor Pendidikan di Kampar
03 September 2023 0:27 WIB
Indeks SPM pendidikan Kota Pekanbaru terbaik di Riau
25 August 2023 20:35 WIB