Jakarta (ANTARA) - Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengakui bahwa media memiliki peran yang sangat strategis dalam pengembangan dan penguatan literasi keuangan serta perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan.
Menurutnya, dalam beberapa forum internasional yang diikuti OJK, terdapat satu topik menarik yang menekankan pentingnya pertemuan dengan media sebagai hal yang strategis. Hal ini dikarenakan fokus utamanya adalah komunikasi—bukan hanya membahas produk atau regulasi perbankan seperti biasanya.
“Biasanya regulator berbicara soal kebijakan dan produk jasa keuangan, tapi kali ini topiknya adalah komunikasi. Ini menunjukkan bahwa komunikasi menjadi elemen yang tak kalah penting dalam pengambilan kebijakan,” ujarnya dalam acara Media Gathering bersama 50 jurnalis dari lima provinsi: Riau, Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat.
Friderica menegaskan, komunikasi publik adalah elemen penting dalam setiap kebijakan regulator. “Ada satu kutipan menarik yang mengatakan bahwa komunikasi yang efektif merupakan modal besar dalam penyusunan kebijakan,” katanya.
Oleh karena itu, OJK sangat menghargai sinergi dan kolaborasi yang telah terjalin dengan media massa dalam menyampaikan informasi keuangan yang benar dan akurat kepada masyarakat.
Ia juga menyoroti fenomena baru yang muncul akibat kemajuan teknologi digital, yaitu dominasi media sosial dan peran influencer. “Kini, masyarakat setiap hari dibanjiri oleh berbagai informasi, sebagian besar datang dari media sosial yang bebas dan anonim.
Kita bangun tidur saja sudah disuguhkan informasi, yang sering kali kebenarannya patut diragukan,” jelasnya.
Jika masyarakat terus-menerus menerima informasi yang tidak akurat, maka pada akhirnya mereka akan percaya terhadap opini yang belum tentu benar. Inilah yang menjadi tantangan besar dalam menjaga literasi dan perilaku keuangan masyarakat.
Lebih lanjut, Friderica mengungkapkan bahwa dalam pertemuan IOSCO (International Organization of Securities Commissions) di Barcelona, salah satu narasumber utamanya bukan berasal dari regulator, melainkan seorang financial influencer ternama di Eropa.
“Mengapa mereka yang diundang? Karena tren saat ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih percaya kepada influencer dibandingkan regulator atau lembaga resmi,” katanya.
Ketika influencer berbicara, masyarakat merasa lebih ‘relate’ atau terhubung secara emosional. Namun, kondisi ini bisa menjadi ancaman jika influencer menyampaikan informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan.
“Oleh karena itu, saat ini OJK sedang merancang pengaturan agar para influencer tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan di tengah masyarakat,” tegasnya.
Melalui penguatan peran media dan pengawasan terhadap konten digital, OJK berharap masyarakat semakin cerdas dalam menyaring informasi keuangan dan lebih terlindungi dari potensi risiko di sektor jasa keuangan, pungkasnya.