Inovasi Hijau Astra: Pabrik Sawit di Riau Sulap Gas Metana Menjadi Energi Bersih

id Astra

Inovasi Hijau Astra: Pabrik Sawit di Riau Sulap Gas Metana Menjadi Energi Bersih

Inovasi Hijau Astra: Pabrik Sawit di Riau Sulap Gas Metana Menjadi Energi Bersih (ANTARA/HO-Astra)

Pekanbaru (ANTARA) - Di pagi hari yang cerah, permukaan kolam limbah Palm Oil Mill Effluent (POME) di pabrik kelapa sawit PT Tunggal Perkasa Plantations (TPP) tampak tenang. Tak ada yang berbeda di permukaan, namun di bawahnya, jutaan gelembung gas metana perlahan terperangkap dalam kubah geomembran raksasa.

Gas yang dulu lepas begitu saja ke udara dan menjadi salah satu penyumbang pemanasan global, kini ditahan, dikendalikan, lalu diubah menjadi energi terbarukan yang menggerakkan operasional pabrik anak usaha PT Astra Agro Lestari Tbk itu.

Teknologi Methane Capture bukan sekadar instalasi teknis. Di tangan Astra Agro, ia berubah menjadi simbol babak baru industri sawit Indonesia yang lebih bersih, lebih hijau, dan semakin strategis dalam peta dekarbonisasi nasional.

Perjalanan itu dimulai di Riau. Tidak banyak yang menyadari bahwa provinsi yang dikenal sebagai salah satu pusat perkebunan sawit, diam-diam menjelma menjadi laboratorium inovasi iklim Astra Agro.

Dua fasilitas Methane Capture telah beroperasi penuh, yakni berada di PT Tunggal Perkasa Plantations (TPP) di Kabupaten Indragiri Hulu, dan PT Eka Dura Indonesia (EDI) di Kabupaten Rokan Hulu. Keduanya menjadi pionir yang membuktikan bahwa limbah cair pabrik sawit dapat diubah menjadi sumber energi yang tak hanya bersih, tetapi juga berkelanjutan.

Di penghujung tahun ini, fasilitas serupa di PT Kimia Tirta Utama (KTU) yang berada di Kabupaten Siak akan segera menyusul beroperasi. Dengan demikian, tiga anak usaha Astra Agro di Provinsi Riau sekaligus membentuk klaster percontohan methane capture yang lengkap dan progresif di industri kelapa sawit nasional.

Gas metana yang dilepas dari proses fermentasi POME memiliki potensi pemanasan global 28 kali lebih tinggi dibanding CO. Dengan teknologi penangkapan, gas ini tidak lagi menjadi ancaman, melainkan bahan bakar.

Di bawah kubah penangkap gas, metana dialirkan ke sistem biogas untuk menjalankan boiler dan genset, menyediakan listrik bagi pabrik, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Di PT EDI dan TPP, efisiensi energi semakin terasa. Penggantian sumber energi dari solar dan batu bara ke biogas mengubah wajah pabrik menjadi jauh lebih ramah lingkungan.

Dampaknya nyata dan dapat diukur. Menurut catatan Astra Agro, sebanyak 126,33 kiloton CO berhasil direduksi sepanjang 2024 dari seluruh inisiatif pengurangan emisi, dan methane capture di Riau menjadi salah satu penyumbang terbesar.

Climate & Conservation Management Manager Astra Agro, Dian Ary Kurniawan, menjelaskan bahwa teknologi methane capture bukan sekadar program teknis, melainkan bagian dari strategi besar perusahaan menuju 2030.

“Astra Agro telah membangun dan mengoperasikan dua unit fasilitas methane capture di Provinsi Riau. Fasilitas ini menangkap gas metana dari POME agar tidak lepas ke atmosfer dan kemudian mengubahnya menjadi energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan kembali,” ujar Dian Ary.

Menurutnya, teknologi ini bukan hanya menurunkan emisi, tetapi juga mengubah cara mengelola limbah dan energi. “Di sini, inovasi bertemu tanggung jawab iklim,” tambahnya.

Dengan tambahan fasilitas baru di PT KTU, kemampuan penyerapan emisi diproyeksikan semakin meningkat. Astra Agro tengah memosisikan Riau sebagai hub energi hijau berbasis limbah sawit melalui pemanfaatan biogas, biomethane, hingga produk energi masa depan.

Astra Agro Sustainability Aspirations 2030

Di forum internasional COP30 Brasil, Astra Agro menegaskan komitmennya terhadap peta jalan keberlanjutan melalui Astra Agro Sustainability Aspirations 2030, yang mencakup 12 inisiatif transformatif. Pengurangan intensitas emisi hingga 19,56% pada 2024, peningkatan energi terbarukan, sampai manajemen gambut melalui rewetting.

Selain itu, digitalisasi perkebunan untuk efisiensi dan pencegahan kebakaran, serta pengembangan pupuk hayati Astemic untuk menurunkan ketergantungan pupuk kimia telah berhasil dijalankan Astra Agro.

Saat fasilitas Methane Capture di PT Kimia Tirta Utama mulai beroperasi, Riau tak lagi sekadar lokasi pabrik. Ia akan menjadi wilayah percontohan untuk pembangunan rantai pasok sawit rendah karbon, sekaligus membuktikan bahwa sektor sawit Indonesia dapat memimpin transisi energi berkelanjutan.

Pemandangan kubah-kubah raksasa yang menahan metana di PT TPP, PT EDI, dan nanti PT KTU adalah pengingat penting bahwa teknologi bisa menjadi jembatan antara produktivitas dan planet yang sehat.

Di Riau, Astra Agro membuktikan bahwa industri sawit Indonesia tidak harus terjebak dalam narasi lama. Ia bisa berubah, bisa memimpin, dan bisa menjadi bagian dari solusi iklim global.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.