Puisi-Puisi Alex Wahyu

id puisi-puisi alex wahyu

Puisi-Puisi Alex Wahyu

"Tiga November Dua Ribu Empat Belas"

Aku ingin menulis satu atau dua bait saja

Menemaninya, saat pelukan tak dapat dirasa

Senyuman tak sempat terucap

Hembusan tak mampu membenahi hasrat

Semauku untuk bergelanggang dengannya

Kata indah, sebaris puisi cinta

Hanya satu atau dua bait saja

Saat, seperti kita bertemu

Di perempatan jalan menuju kampus

Kau begitu lincah dengan gerakanmu

Dan aku hanya diam melihatmu dari sudut pandang tiga puluh derajat

Tersenyum manyun, entah saat itu kau juga mencuri pandang padaku?

Yang jelas aku tertarik dan ingin lebih mencintaimu.

seperti halnya naskah ini

aku hanya bergulir seumpama waktu mengkastai raja

bergerak mundur jika itu mengakhiri kekuasaan

merompak para bajingan

untuk tumbal pertahanan di depan.

hanya satu atau dua bait saja

pernyataan di atas hanyalah pembuka

sayang, ini begitu dalam

menyelimuti kulitku, menyayat hatiku

menyatukan pemikiran

dengan kemudahan kita saling beradu pandang

pertama biasa, kedua biasa

hingga sekarang menjadi yang ketiga

kita bertemu untuk menyelam

tiga november dua ribu empat belas.

29-11-2014

ini radius gunjangan jiwa

puncaknya pada malam sebelum satu desember

aku mencumbuimu dengan pelukan

menatap matamu, dengan fikiranmu

kartena aku adalah aku dengan kamu untukku

dan kamu adalah kamu dengan aku untukmu.

Kita akan Pergi, Atau

Tidak Akan Pergi

Kita Benar dan Akan Menjadi Malaikat, Atau

Kita Salah dan Akan Menjadi Setan

Hitam dan Putih

Hingga Hati Berkata Bukan

Bukan Gelap Maupun Hitam!

"karena kita akan akan menikmati masa tua nanti

aku dengan cerutu dan secangkir kopi

kau dengan tentengan ubi pembuka pagi"

Padang 05 Januari 2014

Alex Wahyu

"semenit waktu sembilan puluh hari"

Aku telah terjaga ayah,

dari sembilan puluh hari mendekap pada lembayu

sembilan puluh hari mencari celah untuk keluar dari rasa sepi

sembilan puluh hari terakhir kali aku merasakan pelukan

putih dan suci, janji manis pada malam bagai mimpi buruk, berakhir!

haruskah sampai disini

pada dunia yang serasa mati ini

aku teramat sayang pada idolaku

hingga bolehkah aku berharap

kembalikan aku pada semenit waktu sebelum ia pergi!

terdiam beku dengan imajinasiku yang kosong

fikirku putus pada shinigami yang menghampiriku pagi ini

semenit saja, permintaanku padanya

kembalikan aku, sebelum melepas tawanya

dekatkan tatapannya padaku hingga aku bisa berkata

"selamat tinggal untuk kehidupanmu ayah"

disini kau dan aku

membuka pintu dalam semua waktu

terima kasih untuk cintamu

untuk semua mata dan sebait kata

seorang anak kecil yang kau lihat dengan pertahan kuat

dalam hidupnya dengan sandangan untuk bekal

aku menyukai pintumu, semua yang diberikan tuhan

"Thank you for loving me"

aku harap namaku masih menancap di hatimu

sebelum aku tertidur, aku ingin menyentuhmu lagi

hingga batas yang tak terarah, akan ku ungkap tabir ini

ruang kecil pada sudut seperempat meter

dengan lukisan masa mudamu, gelora tanpa fana

aku akan menangis ayah

dalam sembilan puluh hari pada bayangmu

musik yang kau ajarkan, lihatlah hariku

sajak yang kau berikan, pengaruhi diamku

tari yang kau pertontonkan, aku jalani

kuingin petualanaganku akan dikenang untuk masa depan

bersama daun yang membawa lirih

merasakan haru dengan maut yang akan datang

memujimu, memanggil syahdu dari angkasa

nyawaku bertukar menelanjangi bunga

rintihan ini yang aku inginkan dalam hidup!

untuk kita, hargai kami

menjaga keresahan lanjutkan tawa

hingga pedih akan hilang, lelah akan terbakar

kerelaan yang tak beraarah, biarkan waktu yang bertanya

hati yang indah, akan berubah bersama nyanyian

hati yang indah, akan bertukar bersama sajak cerita ini

hingga dalam "selamat tinggal"

kemarin dengan semua masalah

tetap disini rangkul dan pertahankan

awan yang melekat di atas kepala tidak akan menjadi masalah

permainan cinta bersembunyi di balik tirai kemarin

aku berkata saat terakhir semenit waktu

hanya rapuh desak nafas

kenangan dulu tersimpan rapat

tak terucap maaf dan tak kembali

aku pergi dengan ayahku untuk sebuah nama

aku pergi dengan ayahku untuk satu tetes air mata

aku pergi dengan ayahku untuk ucapan masa depan

"semenit waktu sembilan puluh hari"

Alex Wahyu 28/06/2014