Istanbul (ANTARA) - Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi, Senin (1/12), mengatakan kepada Sekjen NATO Mark Rutte bahwa keamanan kawasan Euro-Atlantik dan Indo-Pasifik “tidak dapat dipisahkan,” dalam panggilan telepon pertama sejak ia menjabat Oktober lalu.
Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang, percakapan itu berlangsung di tengah upaya memperdalam hubungan Tokyo dan NATO, termasuk dialog strategis yang makin intens antara kedua pihak.
Baca juga: Jepang dalam Siaga: Kasus Flu Naik Drastis ke Level Peringatan
Takaichi menegaskan bahwa keamanan dua kawasan saling terkait, serta menyebut kerja sama Jepang–NATO dan kemitraan NATO-IP4—yang mencakup Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan—sebagai prioritas strategis.
Rutte mendukung pandangan tersebut, dan kedua pemimpin sepakat meningkatkan hubungan melalui kerja sama konkret di berbagai bidang, menurut kementerian.
Keduanya juga membahas perang di Ukraina dan dinamika keamanan Indo-Pasifik, serta menegaskan komitmen untuk terus berkoordinasi menghadapi tantangan lintas kawasan.
Pada 2023, Jepang dan NATO menyepakati penguatan koordinasi bilateral di 16 sektor, termasuk keamanan maritim, ruang angkasa, dunia maya, dan penanganan disinformasi.
Baca juga: Kerja Sama RI-Jepang Dorong Pemulihan Gaza Melalui CEAPAD
Pada Januari tahun ini, Misi Jepang untuk NATO resmi dibuka di Brussels, memisahkan fungsi yang sebelumnya berada di bawah Kedutaan Besar Jepang untuk Belgia.
Sumber: Anadolu
