Pemadaman Karhutla di Rupat Bengkalis Terkendala Angin Kencang

id karhutla,karhutla rupat,karhutla riau 2019,manggala agni

Pemadaman Karhutla di Rupat Bengkalis Terkendala Angin Kencang

Arsip foto. Semak belukar dan pepohonan akasia hangus terbakar di kawasan hutan konservasi, Medang Kampai, Dumai, Riau, Minggu (3/2/2019). Kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di kawasan hutan konservasi itu sudah berlangsung selama tiga hari akibat cuaca panas dan diperkirakan kebakaran mencakup 10 hektare kawasan hutan itu. (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

Pekanbaru(Antaranews Riau) - Tim gabungan hingga kini terkendala untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, karena hembusan angin sangat kencang membuat api cepat menyebar.

“Daerah ini berada di tepi laut jadi angin sangat kencang, ini membuat kebakaran sulit dipadamkan dan makin meluas. Sekarang ini, kebakaran sudah terjadi di wilayah semua desa di Kecamatan Rupat,” kata Kepala Kepala Daerah Operasi (Kadaops) Manggala Agni Dumai, Jusman ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Kamis.

Manggala Agni adalah unit khusus pemadam kebakaran di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Manggala Daops Dumai terdiri dari 60 personel, yang wilayah tugasnya meliputi Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.

Rupat adalah nama pulau yang masuk wilayah Kabupaten Bengkalis. Jusman mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sudah meluas di enam desa di Kecamatan Rupat. Antara lain diDesa Pergam, Perpul, Teluk Leca, Sri Tanjung, Gumen, dan Desa Sukarjo Mesin.

Ia mengatakan luas lahan gambut yang terbakar belum bisa dipastikan, namun diperkirakan sudah mencapai ratusan hektare (ha).

“Karena angin kencang ketika kita padamkan di sini, timbul di sebalah sana. Luas kebakaran diperkirakan sudah mencapai ratusan hektare,” katanya.

Baca juga: Sekolah di Dumai Pulangkan Siswa Karena Polusi Asap Karhutla

Ia mengatakan ada sekitar enam regu Manggala Agni dari Daops Dumai dan bantuan dari daerah lain. Selain itu, ada juga warga setempat, perusahaan, TNI, Polri dan BPBD Bengkalis ikut mencoba memadamkan api.

Namun, akibat faktor cuaca membuat kebakaran terus meluas, apalagi api di gambut mudah sekali menyebar di bawah permukaan.

“Jumlah personel sepertinya tidak sebanding dengan luas kebakaran yang ada sekarang,” ujarnya.

Baca juga: Riau Minta Bantuan BNPB untuk Cegah Karhutla, begini penjelasannya

Ia mengatakan, pihaknya sudah meminta bantuan agar besok helikopter dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bisa membantu pemadaman dari udara.

“Rencananya besok ada helikopter KHLK dari Dumai yang akan membantu pemadaman,” ujar Jusman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger mengatakan, luas lahan terbakar sejak Januari 2019 mencapai sekitar 857,71 ha. Paling banyak di Bengkalis, yakni 639 ha.

Sementara daerah lain juga terjadi kebakaran lahan, namun api sudah berangsur padam. Seperti di Rokan Hilir 117 ha, Dumai 46,5 ha, Kepulauan Meranti 20,2 ha, Pekanbaru, 16 ha, Kampar 14 ha, serta Siak 5 ha.

Edwar menjelaskan, kondisi kebakaran hutan di Rupat, Bengkalis, sulit dipadamkan karena jauh dari sumber air sehingga petugas keawalahan melakukan pemadaman. "Kebakaran di Bengkalis semakin meluas dan api sulit dipadamkan karena kurangnya alat pemadaman serta air yang sulit didapatkan di lokasi," ujarnya.

Baca juga: Pesan Presiden untuk Gubernur Riau, Cegah Karhutla!

Sementara itu, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, citra satelit pada Kamis sore mendeteksi ada 36 titik panas (hotspot) tersebar di Riau. Titik panas paling banyak di Bengkalis ada 17 titik,Indragiri Hilir 7 titik, menyusul di Meranti, Dumai dan Pelalawan masing-masing tiga titik. Kemudian di Rokan Hilir ada 2 titik, dan Siak satu titik.

Dari jumlah tersebut, yang memiliki tingkat keakurata di atas 70 persen ada 24 titik. Sehingga kemungkinan besar itu merupakan titik api Karhutla.

Titik api berada di Bengkalis sebanyak 12 titik, Indragiri Hilir 6 titik, Dumai 3 titik, kemudian Meranti, Pelalawan dan Rokan Hilir masing-masing satu titik.

Riau kini sudah berstatus Siaga Darurat Karhutla, sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

Baca juga: Riau Siaga Darurat Karhutla, Begini Faktor Politik yang Mempengaruhinya

Baca juga: BPBD: Kebakaran Riau Masih Jauh dari Area Perusahaan