PBB (ANTARA) - Serangan tanpa jeda, kematian yang seharusnya bisa dicegah, krisis bahan bakar yang kian parah, gelombang pengungsian yang terus membesar, dan keputusasaan yang mencekik—semua itu telah menjadikan penderitaan ekstrem di Gaza sebagai sesuatu yang “normal”, demikian peringatan keras dari badan-badan kemanusiaan PBB pada Jumat (18/7).
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa otoritas Israel kembali mengeluarkan perintah evakuasi, kali ini menyasar beberapa wilayah di Gaza utara. Di tengah pelarian yang tak berujung, laporan memilukan terus bermunculan—anak-anak dan orang dewasa yang menderita kekurangan gizi di rumah sakit yang hampir lumpuh karena minimnya sumber daya.
Baca juga: Sekjen PBB Kecam Keras Serangan Mematikan Israel ke Gereja di Gaza
Krisis energi di wilayah tersebut juga terus memburuk. Meski ada sedikit pemasukan bahan bakar, jumlahnya tidak cukup untuk menahan keruntuhan layanan dasar. Sampah menumpuk karena tak bisa dikumpulkan, sumur-sumur air mengering terutama di daerah Deir al-Balah, dan layanan medis penting seperti dialisis pun terpaksa dihentikan. Bahan bakar yang masih tersedia kini diprioritaskan hanya untuk sektor-sektor vital seperti kesehatan, air, telekomunikasi, dan transportasi.
OCHA juga menyoroti semakin sempitnya ruang gerak bantuan kemanusiaan. Dari 13 upaya koordinasi pergerakan bantuan dengan otoritas Israel, hanya tujuh yang berhasil. Hal ini membuat distribusi pasokan medis, air bersih, generator, dan perlengkapan sanitasi makin sulit dilakukan.
Baca juga: Liga Arab: Proyek "Kota Kemanusiaan" Israel di Gaza Langgar Hukum Internasional
“Kondisi ini bukan hanya krisis kemanusiaan, ini adalah pelanggaran terhadap batas-batas kemanusiaan itu sendiri,” ungkap OCHA, memperingatkan dunia tentang bahaya pembiaran terhadap penderitaan massal yang semakin dianggap wajar.