PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, mengecam keras serangan mematikan Israel terhadap Gereja Keluarga Kudus di Gaza, yang menjadi tempat perlindungan warga sipil. Kecaman itu disampaikan juru bicara PBB, Stephanie Tremblay, dalam pernyataan resmi pada Kamis (17/7).
"Serangan terhadap tempat ibadah tidak bisa diterima," tegas Tremblay. "Orang-orang yang mencari perlindungan harus dihormati dan dilindungi, bukan justru menjadi target."
Guterres kembali menyerukan penghormatan terhadap warga sipil dan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ia juga mendesak gencatan senjata segera serta pembebasan semua sandera tanpa syarat.
Baca juga: Liga Arab: Proyek "Kota Kemanusiaan" Israel di Gaza Langgar Hukum Internasional
Data terbaru dari OCHA (Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan) menunjukkan situasi semakin genting. Dalam seminggu terakhir, lebih dari 11.600 orang kembali mengungsi, menambah jumlah pengungsi sejak Maret menjadi lebih dari 737.000 jiwa—sekitar 35 persen dari total populasi Gaza.
"Nyaris seluruh penduduk Gaza telah mengungsi, bahkan berkali-kali," ujar laporan OCHA. "Sebagian besar rumah rusak berat atau rata dengan tanah, dan banyak keluarga kini hidup di ruang terbuka."
Kondisi semakin diperparah dengan larangan akses ke Laut Mediterania yang diberlakukan Israel. Padahal, bagi banyak warga, laut adalah satu-satunya sumber air bersih untuk mandi karena sistem air telah rusak parah.
Baca juga: Tragedi di Gaza: Lebih dari 700 Warga Palestina Tewas Ditembak Israel Saat Cari Air
Kekurangan bahan bakar juga masih menjadi kendala besar. Meski ada sedikit kemajuan dengan diizinkannya masuk bensin untuk pertama kali dalam lebih dari 135 hari, jumlahnya masih jauh dari cukup.
"Nyawa banyak orang bergantung pada ketersediaan bahan bakar dan tempat tinggal," kata para aktivis kemanusiaan. Mereka menuntut pencabutan segera larangan atas masuknya bahan bangunan dan peningkatan pasokan bahan bakar secara rutin.