Jakarta (ANTARA) - Dalam beberapa pekan terakhir, Swifties, penggemar musisi Taylor Swift meramaikan lini masa beragam media sosial menanggapi dan menyayangkan langkah yang diambil sang idola karena menggunakan artificial intelligence (kecerdasan artifisial/AI) untuk materi promosi album barunya "The Life of a Showgirl".
Futurism, Wired dan Rolling Stone, Rabu (8/10), melaporkan kontroversi itu bermula dari promosi album baru Taylor Swift yang berupa perburuan video-video pendek melalui media sosial.
Baca juga: Taylor Swift Siap Gebrak Layar Lebar dengan Dokumenter dan Film Konser "Eras Tour"
Dia mengajak para penggemarnya untuk mencari pintu jingga yang tersebar di 12 kota di dunia, antara lain Nashville (Amerika Serikat), London (Inggris Raya) dan Barcelona (Spanyol). Swifties memindai kode QR untuk bisa melihat video pendek terkait album "The Life of a Showgirl".
Metode promosi yang awalnya dikira akan menjadi kegiatan menyenangkan bagi penggemar itu ternyata berakhir menjadi petaka bagi sang bintang setelah videonya menunjukkan hasil yang tidak memuaskan bagi penggemar.
Para penggemar melontarkan kekecewaannya di berbagai lini media sosial, mereka merasa harusnya tunangan Travis Kelce itu mampu menyiapkan dana khusus untuk menyewa seniman digital untuk membuat karya yang lebih baik sebagai materi promosi alih-alih menggunakan AI.
Video-video materi promosi itu memiliki banyak kejanggalan yang khas berasal dari penggunaan AI generatif, seperti tangan seorang bartender melewati serbet, gantungan baju menghilang, hingga kuda komidi putar berkepala dua.
CEO dan salah seorang pendiri perusahaan pendeteksi konten AI Reality Defender Ben Colman menyebutkan tampaknya "sangat mungkin" beberapa klip promosi tersebut dibuat oleh AI. Dia menyebutkan teks yang tidak jelas dan beberapa tampilan tidak masuk akal di beberapa klip menjadi petunjuk.
Taylor Swift belum memberikan tanggapan mengenai dugaan penggunaan AI untuk video promosi album "The Life of a Showgirl", namun, tahun lalu, dia pernah menentang keras konten yang dibuat menggunakan AI generatif.
Pada September 2024, Swift melalui akun Instagram pribadinya meluruskan kabar tentang video dukungan kepada Donald Trump ketika dia sedang kampanye pemilihan presiden AS. Video tidak benar tersebut, kata Swift, menimbulkan kekhawatiran tentang AI.
"Itu benar-benar membangkitkan kekhawatiran saya tentang AI dan bahaya menyebarkan misinformasi," kata dia melalui unggahan akun @taylorswift, pada 11 September 2024.
Rolling Stone memuat wawancara dengan Alyssa Yung, yang mengaku sudah menggemari Taylor Swift sejak SD, yang mengungkapkan kekecewaan penggemar terhadap sang bintang.
"Taylor Swift telah menjadi advokat selama bertahun-tahun tentang kepemilikan karya seninya dan AI generatif menggunakan karya seni curian untuk membuat gambar/videonya," kata Yung.
Baca juga: Album terbaru Taylor Swift cetak rekor, terjual jutaan kopi hanya dalam sehari!
Hal yang juga mengecewakan bagi Yung adalah Swift memiliki kemampuan dan anggaran untuk mempekerjakan seniman computer generated image (CGI) atau tiga dimensi sungguhan alih-alih menggunakan AI.
Video-video tersebut, yang awalnya diunggah di platform YouTube, kini sudah tidak dapat diakses.