Guru Honor Malu Gelar Demonstrasi

id guru honor, malu gelar demonstrasi

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Sejumlah guru honor di Pekanbaru, Riau, mengaku terpaksa menggelar demonstrasi untuk memperjuangkan nasib mereka, meski hal itu dilakukan sambil menahan rasa malu.

"Kami sebagai guru sebenarnya malu menggelar demonstrasi, tapi ini terpaksa kami lakukan untuk memperjuangkan nasib," kata Ketua Forum Komunikasi Guru Tidak Tetap (FKGTT) Pekanbaru, Sahran Ritonga, saat berunjuk rasa di depan kantor Walikota Pekanbaru, Senin.

Ratusan guru honor berunjuk rasa untuk menuntut Pemerintah Kota Pekanbaru memperhatikan nasib mereka. Terhitung pada 31 Desember 2011, kontrak kerja sedikitnya 500 guru honor di Pekanbaru habis dan sampai kini belum diperbarui.

Aksi ratusan guru honor tersebut berjalan dengan tertib dalam pengawalan petugas polisi dan Satpol PP. Berkali-kali para guru meminta maaf kepada pengguna jalan yang merasa terganggu karena demonstrasi tersebut, bahkan mereka juga merasa bersalah dan meminta maaf karena meninggalkan anak didik mereka di sekolah.

"Kami meminta maaf kepada murid dan orang tua murid karena terpaksa tidak mengajar hari ini, tapi kami punya alasan kuat karena ini menyangkut nasib dan masa depan kami," kata Sahran.

Seorang guru honor SDN 056, Surya Dharma mengatakan, mereka terpaksa berunjuk rasa karena perhatian pemerintah daerah sangat minim. Ia mengaku sudah menjadi guru honor sejak tahun 1998, dan telah lulus sarjana Strata-1, namun hingga kini belum juga diangkat sebagai pegawai negeri sipil.

Ironisnya, kata dia, hingga kini honor yang diterimanya hanya sebesar Rp750 ribu per bulan dan belum kunjung diperpanjang sejak habis masanya pada 31 Desember 2011.

"Perlakuan pemerintah terhadap guru honor sangat mengerikan, apalagi sekarang ada wacana perekrutan guru honor akan melibatkan 'outsourching' atau lewat pihak ketiga," katanya.

Situasi demonstrasi terasa mengharukan saat ratusan guru bersama-sama menyanyikan lagu perjuangan seperti "Maju Tak Gentar" dan "Hymne Guru". Paduan suara dadakan tersebut sepertinya juga menyentuh petugas polisi yang mengawal aksi demonstrasi, hingga akhirnya memerintahkan untuk membuka pintu gerbang kantor Wali Kota Pekanbaru yang sebelumnya digembok karena aksi tersebut.

Perwakilan guru honor akhirnya diterima oleh Kepala Badan Kepegawaian (BKD) Kota Pekanbaru, Hermanius. Pertemuan tersebut berlangsung tertutup di lantai tiga kantor Walikota Pekanbaru.