Permintaan atraksi barongsai di Pekanbaru meningkat untuk Imlek. Begini tarifnya
Pekanbaru (ANTARA) - Kelompok kesenian barongsai di Kota Pekanbaru, Riau, menerima banyak permintaan untuk tampil meramaikan perayaan Tahun Baru Imlek 2571 di dalam negeri sampai ke mancanegara.
"Momen Imlek ini paling banyak (tampil), tidak hanya di Pekanbaru karena t23 Januari ini kami juga akan tampil di Malaysia," kata pelatih kelompok Barongsai Nam Wah, Sudiandy saat ditemui saat latihan di Vihara Tridharma Dewi Sakti, Pekanbaru, Selasa(21/1) malam.
Permintaan untuk tampil meningkat dari hari biasa yang hanya satu kali bahkan kadang tidak ada permintaan sama sekali. Untuk satu kali penampilan, ia mengatakan tarif untuk kesenian berkisar Rp2,5 juta sampai Rp3 juta.
Meski permintaan untuk tampil meningkat, lanjutnya, patokan tarif disesuaikan dengan kemampuan pengundang. Tarif untuk tampil di tempat peribadatan seperti vihara dan tepekong biasanya jauh lebih rendah.
"Di tempat ibadah dan panti asuhan tak ada tarif sewaan, disesuaikan dengan kemampuan yang mengundang," ujarnya.
Ia menjelaskan di Kota Pekanbaru ada lima kelompok perguruan barongsai. Nam Wah baru dibentuk 2018, berawal dari lima orang anggota dan kini berkembang menjadi 26 orang.
"Latihan rutin pada Senin, Rabu, Jumat. Tapi karena mau Imlek, kami latihan setiap hari," ujarnya.
Sudiandy menjelaskan, kesenian barongsai kini sudah diakui pemerintah Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga. Barongsai menginduk di bawah Federasi Olahraga Barongsai Indonesia, dan sudah dipertandingkan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat pada 2016.
Karena itu, ia mengatakan barongsai tidak bisa tampil sembarangan. Barongsai tidak boleh keliling ke toko-toko secara sembarangan seperti pengamen jalanan.
"Karena itu bisa merusak citra barongsai," katanya.
Karena sudah berupa olahraga, barongsai lebih terbuka untuk siapa saja yang mau bergabung dan anggotanya beragam dari berbagai latar belakang suku dan agama.
Di tim Nam Wah setidaknya ada dua anggotanya yang bukan keturunan tionghoa. Salah satunya adalah Rama, usia 14 tahun.
"Saya baru tiga bulan latihan untuk cari pengalaman. Saya tertarik karena diajak teman latihan," kata siswa kelas 8 SMP ini.
Baca juga: Traveling ke Jalan Karet Pekanbaru semarak jelang Imlek
Baca juga: Harga ayam potong murah jelang Imlek Rp20.000 perkilogaram di Pekanbaru
"Momen Imlek ini paling banyak (tampil), tidak hanya di Pekanbaru karena t23 Januari ini kami juga akan tampil di Malaysia," kata pelatih kelompok Barongsai Nam Wah, Sudiandy saat ditemui saat latihan di Vihara Tridharma Dewi Sakti, Pekanbaru, Selasa(21/1) malam.
Permintaan untuk tampil meningkat dari hari biasa yang hanya satu kali bahkan kadang tidak ada permintaan sama sekali. Untuk satu kali penampilan, ia mengatakan tarif untuk kesenian berkisar Rp2,5 juta sampai Rp3 juta.
Meski permintaan untuk tampil meningkat, lanjutnya, patokan tarif disesuaikan dengan kemampuan pengundang. Tarif untuk tampil di tempat peribadatan seperti vihara dan tepekong biasanya jauh lebih rendah.
"Di tempat ibadah dan panti asuhan tak ada tarif sewaan, disesuaikan dengan kemampuan yang mengundang," ujarnya.
Ia menjelaskan di Kota Pekanbaru ada lima kelompok perguruan barongsai. Nam Wah baru dibentuk 2018, berawal dari lima orang anggota dan kini berkembang menjadi 26 orang.
"Latihan rutin pada Senin, Rabu, Jumat. Tapi karena mau Imlek, kami latihan setiap hari," ujarnya.
Sudiandy menjelaskan, kesenian barongsai kini sudah diakui pemerintah Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga. Barongsai menginduk di bawah Federasi Olahraga Barongsai Indonesia, dan sudah dipertandingkan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat pada 2016.
Karena itu, ia mengatakan barongsai tidak bisa tampil sembarangan. Barongsai tidak boleh keliling ke toko-toko secara sembarangan seperti pengamen jalanan.
"Karena itu bisa merusak citra barongsai," katanya.
Karena sudah berupa olahraga, barongsai lebih terbuka untuk siapa saja yang mau bergabung dan anggotanya beragam dari berbagai latar belakang suku dan agama.
Di tim Nam Wah setidaknya ada dua anggotanya yang bukan keturunan tionghoa. Salah satunya adalah Rama, usia 14 tahun.
"Saya baru tiga bulan latihan untuk cari pengalaman. Saya tertarik karena diajak teman latihan," kata siswa kelas 8 SMP ini.
Baca juga: Traveling ke Jalan Karet Pekanbaru semarak jelang Imlek
Baca juga: Harga ayam potong murah jelang Imlek Rp20.000 perkilogaram di Pekanbaru