Pekanbaru, (Antarariau.com) - legislator DPRD Riau mengkhawatirkan komoditas kelapa sawit akan kolaps atau tidak lagi menjadi mata pencaharian seperti halnya gambir karena harga tandan buah segarnya yang semakin menurun hingga berkisar Rp300-Rp500 per kilogram di tingkat petani.
"Kita dorong masyarakat agar panen buah yang matang agar kualitas rendemennya bagus. Kalau tidak, contoh fatalnya seperti gambir yang sekarang sudah tidak ada lagi," kata Legislator DPRD Riau, Masnur di Pekanbaru, Rabu.
Dia mengatakan faktor kurang bagusnya sawit oleh petani juga mempengaruhi harga. Selain tentunya harga pasar dunia yang menurun dimana negara tujuan ekspor mulai beralih pada minya lain seperti kedelai, bunga matahari, dan jagung.
Jika rendemen tidak diperbaiki maka harga juga akan semakin turun dan akhirnya kolaps. Upaya lain juga harus dilakukan oleh pemerintah agar bisa mengintervensi harga.
"Pemerintah juga harus intervensi, tidak bisa melepaskan saja pada harga pasar. Jangan ketika rupiah lemah saja melakukan intervensi, tapi juga kalau sawit turun. Kalau tidak petani sawit akan habis, saya yakin," ulasnya.
Tidak hanya sawit, harga karet yang juga komoditas petani di Riau saat ini juga telah merosot jauh empat tahun terakhir. Masnur juga meminta dari masyarakat untuk memperbaiki kualitasnya.
"Karet juga seperti itu kalau tak mampu meningkatkan kualitas juga akan kolaps. Karet banyak campur tanah dan kulit kayu," imbuhnya.
Saat ini kondisi karet semakin buruk ditambah dengan musim kemarau sehingga hasilnya sedikit. Biasanya 30 kg per hektare, sekarang hanya bisa 10-15 kg per ha dengan harga pasaran Rp4-5 ribu per kg.
"Itu karena daun gugur, batang karet kering, jadi hasilnya tidak merata," sebutnya.