Indragiri Hilir (ANTARA) - Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) melibatkan 1.128 masyarakat dalam rehabilitasi mangrove di Riau, dengan target penanaman total 5.858 hektare hingga 2026 mendatang.
“Proyek M4CR tidak sekadar menanam, tapi juga mempertahankan mangrove yang sudah ada. Perlu menanamkan mindset bahwa mangrove penting untuk kesejahteraan masyarakat,” kata PPIU Manager M4CR Provinsi Riau, Arif Fahrurozi di Kuala Selat, Kamis (25/8).
Arif menjelaskan, selain di Riau, program M4CR berjalan di tiga provinsi lain, yaitu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sumatera Utara. Masyarakat tidak hanya terlibat dalam penanaman, tetapi juga pembibitan hingga penyulaman, dengan memperoleh upah dari aktivitas tersebut.
Menurut dia, proses penyadaran masyarakat membutuhkan perjalanan panjang, mulai dari sosialisasi, sekolah lapang, hingga forum grup diskusi.
Hal itu dilakukan untuk membiasakan masyarakat yang sebelumnya petani kelapa beralih menjadi nelayan setelah terbentuk ekosistem baru dari keberadaan mangrove.
Hampir sebagian besar kebun kelapa di Kuala Selat yang mati, disiapkan untuk diganti dengan mangrove yang menjadi rumah baru bagi kepiting, udang, dan kerang.
"Kehadiran biota laut bernilai ekonomi itu membuka peluang bagi masyarakat untuk kembali mendapatkan penghasilan, baik dari hasil tangkapan maupun produk olahan seperti kerupuk udang," lanjut Arif.
Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Indragiri Rokan, Arif Adi Suhastyo menilai rehabilitasi mangrove di lahan kebun kelapa yang terendam abrasi merupakan langkah paling realistis.
"Kalau sudah dimasuki air laut, enggak mungkin tumbuh kelapa lagi. Satu-satunya cara ya rehabilitasi mangrove," tambahnya.