Upayakan percepatan rehabilitasi mangrove, BRGM mulai program M4CR

id BRGM RI,BRGM

Upayakan percepatan rehabilitasi mangrove, BRGM mulai program M4CR

Kepala BRGM RI Hartono saat konferensi pers program M4CR dalam upaya percepatan rehabilitasi mangrove di Riau. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI terus melakukan percepatan rehabilitasi mangrove seluas 600 ribu hektare di sembilan provinsi, termasuk Riau.

Melalui program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang dilaksanakan di empat provinsi prioritas yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara, BRGM menargetkan rehabilitasi mangrove melalui penanaman seluas 75 ribu hektar, serta pengelolaan mangrove berkelanjutan pada lanskap seluas 400 ribu hektar selama 5 tahun, mulai tahun 2024.

Kepala BRGM RI Hartono di Pekanbaru, Selasa, menyebutkan kegiatan rehabilitasi mangrove di Riau akan dilaksanakan di enam kabupaten, yaitu Bengkalis, Indragiri Hilir, Kepulauan Meranti, Kota Dumai, Pelalawan, dan Rokan Hilir.

"Saya juga sudah melihat langsung lokasi yang menjadi target indikatif M4CR, yakni Desa Kuala Selat, Kabupaten Indragiri Hilir dan Desa Tanjung Pasir di Tembilahan," ujarnya.

Diceritakan Hartono, Desa Kuala Selat merupakan salah satu desa yang mengalami intrusi air laut akibat hilangnya ekosistem mangrove yang kini beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa.

Rusaknya ekosistem mangrove telah menyebabkan abrasi dan intrusi air laut yang berdampak juga pada rusaknya perkebunan kelapa rakyat seluas kurang lebih 2.500 hektare.

BRGM telah berupaya melakukan penanaman mangrove pada tahun 2021 dengan skema PEN di areal luar tanggul, namun permasalahan yang terdapat di Desa Kuala Selat ternyata lebih kompleks.

"Maka BRGM akan mengkaji secara khusus kasus yang terjadi di desa tersebut untuk mengembalikan fungsi ekosistem mangrove dan mengurangi terjadinya abrasi melalui program M4CR ini," sebutnya.

Sedangkan Desa Tanjung Pasir, 15 tahun sebelumnya juga merupakan kebun kelapa produktif yang mengalami kerusakan seperti yang terjadi di Kuala Selat. Lahan-lahan kosong yang terlihat dari udara merupakan bekas tanaman kepala yang mulai lapuk dan membusuk.

Di desa ini, BRGM sebelumnya telah melakukan penanaman mangrove pada tahun 2021 dan 2022. Kondisi tanaman mangrove di Desa Tanjung Pasir sangat baik. Pertumbuhan mangrove yang ditanam, baik tahun 2021 maupun 2022 terlihat sangat baik, bahkan terdapat spesies mangrove lainnya yang tumbuh secara alami.

"Kedepannya akan dilaksanakan berbagai kegiatan inkubasi usaha masyarakat untuk memberikan alternatif penghidupan bagi masyarakat di sekitar mangrove, khususnya di desa yang sudah berhasil dalam pelaksanaan penanaman dan pemeliharaan mangrove, termasuk di Desa Tanjung Pasir," sebut Hartono.

Selain kondisi biofisik yang mendukung, disebutkannya, sisi kelembagaan yang sangat baik juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan rehabilitasi mangrove di Desa Tanjung Pasir.

Masyarakat desa tersebut memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya ekosistem mangrove, ditambah lagi Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dinilai sangat mendukung kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan oleh masyarakat.

Pihaknya berkomitmen mangrove yang direhabilitasi melalui program M4CR harus jadi dan memberikan manfaat jangka panjang. Maka BRGM akan memfasilitasi berbagai prakondisi yang dibutuhkan, baik penataan hidrologi maupun konstruksi alat pemecah ombak sederhana.

"Upaya ini dilakukan dengan bekerjasama dengan para ahli dari berbagai perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi setempat," ucapnya.

Dalam pelaksanaannya, program M4CR tak hanya berfokus pada penanaman dan pemeliharaan mangrove, namun turut serta berperan dalam peningkatan kesejahteraan dan usaha masyarakat pesisir.

"Kami berharap melalui kegiatan ini, ekosistem mangrove kembali pulih serta ada peningkatan kesadaran lingkungan oleh masyarakat, hingga dengan sendirinya masyarakat menjaga dan merawat ekosistem mangrove itu sendiri," pungkasnya.