UMKM binaan PTPN V ini cuan besar saat Hari Raya Idul Adha
Pekanbaru (ANTARA) - Momen Idul Adhatahun ini membawa berkah tersendiri bagi kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan PT Perkebunan Nusantara V. Mereka bahkan mampu meraup cuan hingga Rp250 juta hanya dalam kurung waktu kurang dua pekan.
Cuan jumbo tersebut diraih oleh kelompok tani Koperasi Unit Desa Tunas Muda Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang menjalankan usaha peternakan sapi. Selain perkebunan sawit sebagai sumber ekonomi utama, peternakan sapi juga turut menyumbangkan pendapatan yang tak bisa dianggap sebelah mata bagi para anggota koperasi.
"Alhamdulillah. Lumayan hasilnya. Kemarin kira-kira hanya Rp250 juta," kata Ketua KUD Tunas Muda, Setyono sambil tertawa kecil senang di Kabupaten Siak, Sabtu (1/7).
KUD Tunas Muda merupakan salah satu kelompok petani mitra binaan PTPN V. Pada 2020 lalu, mereka mengikuti program peremajaan sawit rakyat dengan luas lahan yang diremajakan mencapai 250 hektare.
Saat proses peremajaan berlangsung, praktis mayoritas para petani anggota Tunas Muda kehilangan mata pencaharian. Meski sebagian anggota tetap memilih mengambil bagian dalam pola padat karya selama peremajaan berlangsung, Setyono mengatakan anggota lainnya tetap membutuhkan pendapatan tambahan.
Untuk itu, sejak awal 2021, KUD Tunas Muda mengajukan proposal usaha peternakan sistem integrasi sapi kelapa sawit atau Siska. Mereka pun mendapatkan suntikan modal usaha dana bergilir bergulir dari Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PTPN V untuk mengembangkan usaha tersebut.
Saat itu, PTPN V mengucurkan modal usaha sebesar Rp1 miliar. Modal tersebut dikelola para petani secara profesional di bawah bimbingan langsung perusahaan.
Alhasil, usaha peternakan sapi berkembang pesat dan menjadikan KUD Tunas Muda sebagai salah satu sentra peternakan sapi di Kabupaten Siak.
"Alhamdulillah usaha kami berjalan dengan sangat baik. Dari belasan ekor sapi berkembang menjadi puluhan ekor saat ini. Kemarin, sapi kami banyak dibeli orang dari kabupaten lain dan dihargai per ekor nya rata-rata Rp20 juta," paparnya.
Setyono mengatakan keberadaan sapi di perkebunan sawit selain memberikan keuntungan materi secara langsung, juga berdampak positif dengan menekan kebutuhan pupuk hayati di perkebunan sawit.
Bahkan, Setyono yang juga ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) tidak memungkiri nantinya peternakan sapi akan memberikan pendapatan setara, bahkan melebihi dari hasil yang diperoleh dari perkebunan sawit itu sendiri.
Hal itu, tuturnya, mungkin saja terwujud setelah KUD Tunas Muda mulai dilirik oleh Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (Gapensiska) usai melaksanakan kesepakatan kerjasama dengan ASPEKPIR.
Kerjasama tersebut dikukuhkan dengan penandatanganan MoU dalam gelaran Training Of Trainer, Fasilitator Sistem Integrasi Sapi -Kelapa Sawit (Siska), belum lama ini.
Setyono mengatakan program Integrasi Sapi - Kelapa Sawit (Siska) merupakan program yang sangat bagus bagi petani kelapa sawit. Sebab akan memberikan banyak keuntungan baik itu terhadap kebun kelapa sawitnya atau pun perekonomiannya.
"Ada nilai tambah dalam program ini, selain kepada kebun kelapa sawit tentu juga peningkatan ekonomi petani itu sendiri," ujarnya.
Keuntungan tersebut di antaranya yakni petani dapat mengurangi kecenderungan bergantung pada pupuk kimia yang kini harganya melambung tinggi. Sebab ada limbah dari ternak sapi yang menjadi pengganti pupuk kimia yakni pupuk organik. Artinya pemeliharaan kebun kelapa sawit masih cukup terjaga.
"Kemudian, daging sapi yang diternak petani kita itu lebih padat. Karena dilepaskan, bergerak bebas, tidak hanya dikandangkan. Bobotnya itu hingga mencapai 100 kilogram. Alhamdulillah ini akan menjadi bisnis menjanjikan selain usaha utama perkebunan sawit. Apalagi pasar masih terbuka luas," tuturnya.
Untuk diketahui, PTPN V di awal Januari 2021 lalu mengguyur modal usaha untuk peternakan sapi sebesar Rp1 miliar kepada para petani sawit usai mengikuti program PSR di Siak. Bantuan tersebut bertujuan untuk menjaga roda ekonomi para petani hingga menjelang panen.
Tepat 30 bulan usai tanam perdana, medio Juni 2023 kemarin, para petani tersebut telah merasakan manisnya panen perdana. Kini, tingkat ekonomi para petani dijamin meningkat usai hasil panen dan peternakan sapi berjalan seiringan.
Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko Santosa bersyukur dengan keberhasilan para petani mitra binaan PTPN V yang berhasil membuka diversifikasi bisnis baru. Dia berharap, program peternakan sapi yang dijalankan oleh Setyono dan kawan-kawan dapat menjadi inspirasi bagi petani sawit lainnya untuk mengikuti peremajaan sawit rakyat.
Menurut dia, saat ini salah satu kendala terhambatnya percepatan peremajaan sawit rakyat yang digesa oleh pemerintah selain permasalahan legalitas dan birokrasi adalah kekhawatiran petani kehilangan penghasilan selama masa peremajaan menunggu panen.
"Dalam program PTPN V untuk Sawit Rakyat, kita berikan kesempatan kepada petani untuk bekerja langsung di arealnya dan mendapatkan penghasilan. Selanjutnya, selain petani bisa mendapatkan gaji dari melalui pola padat karya tersebut, sekarang kita juga bantu modal petani untuk usaha sampingan mereka, melalui pendanaan UMK bergilir bergulir," urainya.
Selain membantu ekonomi para petani di masa peremajaan sawit, dalam jangka panjang program ini juga akan berdampak positif dengan adanya integrasi sawit sapi.
"Saya melihat bahwa strategi menggabungkan perkebunan sawit dengan peternakan sapi di lahan masyarakat akan membawa manfaat cukup besar, mulai dari manfaat ekonomi, pangan, hingga pupuk," paparnya.
Jatmiko berharap program ini berjalan dengan baik dan muncul "Tunas Muda" lainnya. PTPN V, kata dia, akan terus memberikan pendampingan kepada para petani dalam upaya mengembangkan peternakan sapi tersebut.
"Secara garis besar, saya berharap program ini dapat terlaksana dengan baik dan menjadi nilai tambah ekonomi bagi para petani serta mendorong kabupaten Siak sebagai salah satu sentra perkebunan sawit dan peternakan sapi di Riau," harapnya.
Baca juga: Sukses di Riau, program peremajaan sawit PTPN V akan diterapkan secara nasional
Baca juga: Geliat ekonomi desa binaan Kebun Tandun PTPN V
Cuan jumbo tersebut diraih oleh kelompok tani Koperasi Unit Desa Tunas Muda Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang menjalankan usaha peternakan sapi. Selain perkebunan sawit sebagai sumber ekonomi utama, peternakan sapi juga turut menyumbangkan pendapatan yang tak bisa dianggap sebelah mata bagi para anggota koperasi.
"Alhamdulillah. Lumayan hasilnya. Kemarin kira-kira hanya Rp250 juta," kata Ketua KUD Tunas Muda, Setyono sambil tertawa kecil senang di Kabupaten Siak, Sabtu (1/7).
KUD Tunas Muda merupakan salah satu kelompok petani mitra binaan PTPN V. Pada 2020 lalu, mereka mengikuti program peremajaan sawit rakyat dengan luas lahan yang diremajakan mencapai 250 hektare.
Saat proses peremajaan berlangsung, praktis mayoritas para petani anggota Tunas Muda kehilangan mata pencaharian. Meski sebagian anggota tetap memilih mengambil bagian dalam pola padat karya selama peremajaan berlangsung, Setyono mengatakan anggota lainnya tetap membutuhkan pendapatan tambahan.
Untuk itu, sejak awal 2021, KUD Tunas Muda mengajukan proposal usaha peternakan sistem integrasi sapi kelapa sawit atau Siska. Mereka pun mendapatkan suntikan modal usaha dana bergilir bergulir dari Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PTPN V untuk mengembangkan usaha tersebut.
Saat itu, PTPN V mengucurkan modal usaha sebesar Rp1 miliar. Modal tersebut dikelola para petani secara profesional di bawah bimbingan langsung perusahaan.
Alhasil, usaha peternakan sapi berkembang pesat dan menjadikan KUD Tunas Muda sebagai salah satu sentra peternakan sapi di Kabupaten Siak.
"Alhamdulillah usaha kami berjalan dengan sangat baik. Dari belasan ekor sapi berkembang menjadi puluhan ekor saat ini. Kemarin, sapi kami banyak dibeli orang dari kabupaten lain dan dihargai per ekor nya rata-rata Rp20 juta," paparnya.
Setyono mengatakan keberadaan sapi di perkebunan sawit selain memberikan keuntungan materi secara langsung, juga berdampak positif dengan menekan kebutuhan pupuk hayati di perkebunan sawit.
Bahkan, Setyono yang juga ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) tidak memungkiri nantinya peternakan sapi akan memberikan pendapatan setara, bahkan melebihi dari hasil yang diperoleh dari perkebunan sawit itu sendiri.
Hal itu, tuturnya, mungkin saja terwujud setelah KUD Tunas Muda mulai dilirik oleh Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (Gapensiska) usai melaksanakan kesepakatan kerjasama dengan ASPEKPIR.
Kerjasama tersebut dikukuhkan dengan penandatanganan MoU dalam gelaran Training Of Trainer, Fasilitator Sistem Integrasi Sapi -Kelapa Sawit (Siska), belum lama ini.
Setyono mengatakan program Integrasi Sapi - Kelapa Sawit (Siska) merupakan program yang sangat bagus bagi petani kelapa sawit. Sebab akan memberikan banyak keuntungan baik itu terhadap kebun kelapa sawitnya atau pun perekonomiannya.
"Ada nilai tambah dalam program ini, selain kepada kebun kelapa sawit tentu juga peningkatan ekonomi petani itu sendiri," ujarnya.
Keuntungan tersebut di antaranya yakni petani dapat mengurangi kecenderungan bergantung pada pupuk kimia yang kini harganya melambung tinggi. Sebab ada limbah dari ternak sapi yang menjadi pengganti pupuk kimia yakni pupuk organik. Artinya pemeliharaan kebun kelapa sawit masih cukup terjaga.
"Kemudian, daging sapi yang diternak petani kita itu lebih padat. Karena dilepaskan, bergerak bebas, tidak hanya dikandangkan. Bobotnya itu hingga mencapai 100 kilogram. Alhamdulillah ini akan menjadi bisnis menjanjikan selain usaha utama perkebunan sawit. Apalagi pasar masih terbuka luas," tuturnya.
Untuk diketahui, PTPN V di awal Januari 2021 lalu mengguyur modal usaha untuk peternakan sapi sebesar Rp1 miliar kepada para petani sawit usai mengikuti program PSR di Siak. Bantuan tersebut bertujuan untuk menjaga roda ekonomi para petani hingga menjelang panen.
Tepat 30 bulan usai tanam perdana, medio Juni 2023 kemarin, para petani tersebut telah merasakan manisnya panen perdana. Kini, tingkat ekonomi para petani dijamin meningkat usai hasil panen dan peternakan sapi berjalan seiringan.
Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko Santosa bersyukur dengan keberhasilan para petani mitra binaan PTPN V yang berhasil membuka diversifikasi bisnis baru. Dia berharap, program peternakan sapi yang dijalankan oleh Setyono dan kawan-kawan dapat menjadi inspirasi bagi petani sawit lainnya untuk mengikuti peremajaan sawit rakyat.
Menurut dia, saat ini salah satu kendala terhambatnya percepatan peremajaan sawit rakyat yang digesa oleh pemerintah selain permasalahan legalitas dan birokrasi adalah kekhawatiran petani kehilangan penghasilan selama masa peremajaan menunggu panen.
"Dalam program PTPN V untuk Sawit Rakyat, kita berikan kesempatan kepada petani untuk bekerja langsung di arealnya dan mendapatkan penghasilan. Selanjutnya, selain petani bisa mendapatkan gaji dari melalui pola padat karya tersebut, sekarang kita juga bantu modal petani untuk usaha sampingan mereka, melalui pendanaan UMK bergilir bergulir," urainya.
Selain membantu ekonomi para petani di masa peremajaan sawit, dalam jangka panjang program ini juga akan berdampak positif dengan adanya integrasi sawit sapi.
"Saya melihat bahwa strategi menggabungkan perkebunan sawit dengan peternakan sapi di lahan masyarakat akan membawa manfaat cukup besar, mulai dari manfaat ekonomi, pangan, hingga pupuk," paparnya.
Jatmiko berharap program ini berjalan dengan baik dan muncul "Tunas Muda" lainnya. PTPN V, kata dia, akan terus memberikan pendampingan kepada para petani dalam upaya mengembangkan peternakan sapi tersebut.
"Secara garis besar, saya berharap program ini dapat terlaksana dengan baik dan menjadi nilai tambah ekonomi bagi para petani serta mendorong kabupaten Siak sebagai salah satu sentra perkebunan sawit dan peternakan sapi di Riau," harapnya.
Baca juga: Sukses di Riau, program peremajaan sawit PTPN V akan diterapkan secara nasional
Baca juga: Geliat ekonomi desa binaan Kebun Tandun PTPN V