Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengemukakan kasus stunting (kekerdilan anak) menjadi penentu perkembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
"Dari seluruh etape pembangunan SDM, ada momentum yang tidak boleh diabaikan sama sekali, yaitu pada masa mereka berada di dalam kandungan seorang ibu. Sehingga pada masa bayi itulah saat ancaman malapetaka mengincar calon SDM Indonesia, yaitu stunting," katanya saat menyampaikan sambutan secara virtual dalam Rapat Koordinasi Nasional yang dipantau dari kanal YouTube Kata Data di Jakarta, Senin.
Baca juga: Menkes Budi Gunadi optimistis Indonesia mampu capai target penurunan stunting pada 2024
Ia mengatakan pembangunan Indonesia ditujukan untuk membentuk SDM yang berkualitas dan berdaya saing, yakni manusia yang sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan berkarakter kuat.
Menurut Muhadjir kebijakan peningkatan kualitas SDM harus dimulai sejak calon manusia Indonesia berupa janin di dalam rahim ibunya, kemudian lahir menjadi bayi dan tumbuh menjadi anak usia dini, lalu memasuki usia pelajar hingga menjadi manusia produktif ketika berusia antara 15 sampai 64 tahun.
"Stunting ini akan menentukan apakah SDM Indonesia akan berkembang baik, atau gagal berkembang. Kalau kita bisa melepaskan jeratan stunting pada masa usia janin dan bayi, maka SDM kita akan unggul dan penuh daya saing saat berusia produktif," katanya.
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin ingatkan kerja kolaboratif jadi kunci capai target penurunan "stunting"
Ia mengemukakan penanganan stunting di sektor hulu mutlak dilakukan yaitu pada masa anak menjadi calon ibu, saat hamil dan menyusui hingga usia 59 bulan. "1.000 hari awal kehidupan inilah yang akan menentukan masa depan SDM yang produktif di Indonesia," katanya.
Permasalahan stunting di Indonesia, kata dia, masih menjadi tantangan utama sebab secara global Indonesia masih berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia yang sedang mengalami permasalahan stunting berdasarkan survei yang dilakukan Bank Dunia pada 2020.
"Kisaran angka stunting di Indonesia saat ini masih berada pada kisaran 27,7 persen," katanya.
Baca juga: Bupati Inhu kunker ke Sei Lala
Ia mengatakan penyebab tingginya angka kasus stunting di Indonesia dikarenakan kurangnya asupan gizi kronis, rendahnya cakupan akses air dan sanitasi penduduk yang memiliki akses air minum berkualitas.
Selain itu, ia menilai rendahnya pendidikan orang tua serta pola asuh yang salah juga memengaruhi angka stunting nasional.
"Masalah stunting juga terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, terutama ahli gizi dalam pemantauan perkembangan balita," demikian Muhadjir Effendy..
Baca juga: Pekanbaru alokasikan Rp35 miliar tangani stunting
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB