Akibat Jerebu Karhutla pekat, 46 calon penumpang batal terbang di Bandara Dumai
Dumai (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara di Provinsi Riau. Sebanyak 46 calon penumpang pesawat Maskapai Wings Air batal berangkat dari Bandara Pinang Kampai Dumai, menuju Bandara Kualanamu, Provinsi SumateraUtara, akibat jerebu atau kabut asap kebakaran hutan membatasi jarak pandang pilot, Kamis.
Koordinator Satuan Pelaksana Bandara Pinang Kampai Dumai Dinas Perhubungan Dumai Irvan menyebutkan, jarak pandang terbang pada Kamis pagi hingga pukul 10.00 Wib dibawah 1.000 kilometer, sehingga pesawat Wings Air dari Batam menuju Dumai terlambat berangkat untuk membawa penumpang menuju Medan.
"Penerbangan ke medan dibatalkan karena pesawat dari batam dan akan transit membawa penumpang di bandara dumai tidak bisa terbang akibat jarak pandang terbatas di bawah seribu kilometer," kata Irvan.
Baca juga: Vidio - Ratusan hektare lahan perkebunan warga di Bengkalis ludes akibat Karhutla
Dijelaskan, kondisi asap akibat kebakaran hutan membuat jarak pandang tidak memungkinkan untuk dilakukan pendaratan ke bandara Dumai, dan maskapai tidakingin membuat penumpang menunggu lama sehingga penerbangan ke Medan dibatalkan.
Pembatalan penerbangan pesawat berbadan kecil ini hanya terjadi untuk tujuan ke Bandara Medan, sedangkan tujuan ke Pekanbaru dan Batam hanya terjadi keterlambatan terbang.
"Jarak pandang terbang terganggu terjadi hingga pukul sebelas siang, dan setelah turun hujan baru kondisi asap normal dan penerbangan bisa dilanjutkan," sebutnya.
Baca juga: Jerebu selimuti Dumai, BPBD: 7 titik baru Karhutla seluas 32,5 hektare
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Edwar Sanger menyebut upaya modifikasi cuaca atau hujan buatan untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan, dengan 26 kali dilakukan dan menebarkan 20.400 kilogram garam dari pesawat Cassa 212 TNI AU.
"Sudah 26 kali modifikasi cuaca dengan 20.400 kilo garam disemai gunakan pesawat, namun tim kesulitan memadamkan api karena kendala air dan lokasi sulit dijangkau," kata Edward Sanger kepada pers saat meninjau karhutla di Dumai, Rabu (20/3).
Namun, ia mengatakan pemadaman kebakaran di lahan gambut masih sulit dilakukan karena suhu panas terus meningkat hingga 34 derajat Celsius, ditambah keterbatasan air dan lokasi sulit dijangkau serta minim nya peralatan seperti mesin penyemprot air.
Upaya pemadaman api juga dilakukan dengan operasi "water bombing" atau bom air menggunakan helikopter dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutalan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Baca juga: Diprotes di UNRI soal Karhutla, Gubernur Riau tetap semangati mahasiswa
Koordinator Satuan Pelaksana Bandara Pinang Kampai Dumai Dinas Perhubungan Dumai Irvan menyebutkan, jarak pandang terbang pada Kamis pagi hingga pukul 10.00 Wib dibawah 1.000 kilometer, sehingga pesawat Wings Air dari Batam menuju Dumai terlambat berangkat untuk membawa penumpang menuju Medan.
"Penerbangan ke medan dibatalkan karena pesawat dari batam dan akan transit membawa penumpang di bandara dumai tidak bisa terbang akibat jarak pandang terbatas di bawah seribu kilometer," kata Irvan.
Baca juga: Vidio - Ratusan hektare lahan perkebunan warga di Bengkalis ludes akibat Karhutla
Dijelaskan, kondisi asap akibat kebakaran hutan membuat jarak pandang tidak memungkinkan untuk dilakukan pendaratan ke bandara Dumai, dan maskapai tidakingin membuat penumpang menunggu lama sehingga penerbangan ke Medan dibatalkan.
Pembatalan penerbangan pesawat berbadan kecil ini hanya terjadi untuk tujuan ke Bandara Medan, sedangkan tujuan ke Pekanbaru dan Batam hanya terjadi keterlambatan terbang.
"Jarak pandang terbang terganggu terjadi hingga pukul sebelas siang, dan setelah turun hujan baru kondisi asap normal dan penerbangan bisa dilanjutkan," sebutnya.
Baca juga: Jerebu selimuti Dumai, BPBD: 7 titik baru Karhutla seluas 32,5 hektare
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Edwar Sanger menyebut upaya modifikasi cuaca atau hujan buatan untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan, dengan 26 kali dilakukan dan menebarkan 20.400 kilogram garam dari pesawat Cassa 212 TNI AU.
"Sudah 26 kali modifikasi cuaca dengan 20.400 kilo garam disemai gunakan pesawat, namun tim kesulitan memadamkan api karena kendala air dan lokasi sulit dijangkau," kata Edward Sanger kepada pers saat meninjau karhutla di Dumai, Rabu (20/3).
Namun, ia mengatakan pemadaman kebakaran di lahan gambut masih sulit dilakukan karena suhu panas terus meningkat hingga 34 derajat Celsius, ditambah keterbatasan air dan lokasi sulit dijangkau serta minim nya peralatan seperti mesin penyemprot air.
Upaya pemadaman api juga dilakukan dengan operasi "water bombing" atau bom air menggunakan helikopter dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutalan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Baca juga: Diprotes di UNRI soal Karhutla, Gubernur Riau tetap semangati mahasiswa