Pekanbaru (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mencatat bahwa hingga pertengahan Agustus 2018 jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kawasan tersebut didominasi anak usia lima hingga sembilan tahun dengan total 48 kasus.
"Sampai saat ini anak-anak masih rentan menjadi sasaran DBD," ucap Kepala Dinkes Pekanbaru melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Gustiyanti di Pekanbaru, Selasa.
Gustiyanti menjelaskan bahwa jumlah tersebut bahkan menyumbang hampir 35 persen kasus DBD di Pekanbaru.
Pasalnya dari data yang berhasil dihimpun pihaknya, sampai saat ini total keseluruhan kasus tersebut sebanyak 209 kasus.
Lebih jauh dijelaskan Gustiyanti, bahwa kondisi tersebut diperparah dengan hujan yang turun pada beberapa waktu belakangan sehingga membuat genangan air di berbagai kawasan serta menjadi sarang perkembangbiakan jentik nyamuk tersebut.
Terkait hal ini, dia berharap agar para orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap seragan DBD tersebut.
Pasalnya kondisi tersebut dapat saja semakin memburuk seiring dengan meningkatnya curah hujan di Kota Pekanbaru.
Salah satunya ialah dengan menggencarkan aksi Menguras, Menutup dan Mengubur(3M) benda yang bisa menjadi tempat hidup nyamuk.
"Aksi 3M sejauh ini cukup ampuh dalam menekan kasus DBD. Pasalnya mencegah lebih baik daripada mengobati," ujar Gustiyanti.
Selain anak-anak, remaja dan orang dewasa juga menyumbang jumlah kasus DBD yang cukup tinggi di Pekanbaru. Setidaknya untuk kelompok usia 10-14 tahun pihak Dinkes Pekanbaru menemukan 37 orang yang terjangkit DBD.
Sedangkan jumlah kasus yang sama juga disumbang oleh kelompok usia 25-44 tahun dengan 37.
Gustiyanti menilai bahwa jumlah kasus tersebut masuk dalam kategori membahayakan. Pasalnya sampai saat ini sudah dua orang meninggal akibat penyakit tersebut.
"Ini adalah masalah bersama dan pihak pertamanya ialah masyarakat," ujarnya.
Sejauh ini, ia mengaku bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya guna mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Salah satunya ialah dengan menggiatkan Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di rumah-rumah warga.
Selain itu, ia kembali menegaskan bahwa kebersihan lingkungan menjadi tolak ukur kesehatan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian bersama.