Ankara (ANTARA) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (11/8) menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjalankan jaringan pembantaian dan berusaha memperpanjang masa jabatannya dengan mengorbankan lebih banyak korban jiwa di kawasan tersebut.
"Kami tidak akan membiarkan Netanyahu dan jaringan pembantaiannya menyeret kawasan kami ke dalam bencana yang lebih besar hanya untuk memperpanjang masa jabatan politik mereka," kata Erdogan kepada wartawan setelah sebuah rapat kabinet.
Baca juga: Israel-Suriah Sepakat Gencatan Senjata, AS dan Turki Beri Dukungan Penuh
Dia menganggap Israel sebagai negara ancaman dan mengecam apa yang disebutnya sebagai kekerasan, kebiadaban, pembantaian, penyiksaan, dan penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina.
Erdogan mengatakan Turki sedang berupaya menghentikan kekerasan di Gaza dan memastikan distribusi bantuan kemanusiaan yang lancar kepada warga sipil yang menghadapi kekurangan pasokan sehari-hari yang parah.
"Kami melakukan segala upaya yang diperlukan untuk menghentikan kekejaman di Gaza dan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan tanpa hambatan kepada saudara-saudari kami di Gaza yang berada di ambang kelaparan," ujarnya.
Baca juga: Rusia mengaku "puas" dengan hasil negosiasi dengan Ukraina di Turki
Erdogan merupakan salah satu tokoh yang paling vokal mengkritik operasi militer Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel pada 7 Oktober 2023, menurut data Israel. Sementara itu, otoritas kesehatan Palestina menyatakan bahwa lebih dari 61.000 orang di Gaza telah tewas sejak saat itu, dengan sebagian besar wilayah kantong tersebut hancur menjadi puing-puing dan layanan dasar lumpuh.