Ankara (ANTARA) - Hamas telah menunjukkan kesiapan untuk mengambil langkah-langkah konstruktif menuju gencatan senjata yang langgeng di Gaza, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pada Rabu, seraya mendesak Israel mengadopsi pendekatan yang sama dalam mewujudkan perdamaian.
"Hamas menunjukkan kesediaannya untuk mengambil langkah-langkah konstruktif untuk memastikan gencatan senjata bersifat permanen. Israel sepatutnya memiliki pemahaman yang sama," ujar Fidan dalam sebuah konferensi pers gabungan di ibu kota Turki bersama Menlu Mesir Badr Abdelatty yang sedang berkunjung.
Fidan menyatakan bahwa Gaza merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Palestina dan komunitas internasional seharusnya memperlakukannya sebagaimana mestinya.
Baca juga: Jerman kerahkan polisi tidak bersenjata di wilayah Palestina
Dia juga mengumumkan bahwa sebuah kapal bantuan kemanusiaan Turkiye telah berangkat dari pelabuhan Mersin menuju Pelabuhan El Arish di Mesir untuk mengantarkan pasokan ke Gaza, dan mengonfirmasi bahwa Turki akan berpartisipasi dalam Konferensi Gaza mendatang, yang diselenggarakan oleh Mesir.
Terkait masa depan Gaza pascaperang, Fidan mengatakan bahwa diskusi sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB untuk mendefinisikan mandat pasukan stabilisasi internasional yang diusulkan.
"Ada kebutuhan untuk memperjelas tugas-tugas pasukan ini serta kerangka hukum dan politik untuk Komite Palestina dan Dewan Perdamaian yang diperkirakan akan memerintah Gaza," ujarnya.
Sementara itu, Abdelatty mengatakan bahwa Mesir dan Turkiye sepakat untuk bekerja sama dalam mengamankan gencatan senjata dan mendorong kemajuan proses perdamaian.
Dia mengatakan kedua negara mendukung upaya-upaya diplomatik yang dipimpin oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS) untuk membuat gencatan senjata menjadi permanen, serta menegaskan kembali dukungan mereka untuk solusi dua negara berdasarkan perbatasan 1967.
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada 10 Oktober itu telah menghentikan pertempuran skala penuh, namun statusnya masih rapuh. Insiden-insiden kekerasan sporadis terus berlanjut, dengan kedua belah pihak saling menuduh satu sama lain telah merusak kesepakatan tersebut.
Baca juga: Prancis dan Palestina membentuk komite bersama untuk memperkuat fondasi negara Palestina
Isu-isu penting, termasuk pelucutan senjata Hamas dan pemerintahan pascaperang, masih belum terselesaikan, sehingga jalan ke depan masih belum pasti.
