Survey BPS Catatkan Jumlah Penduduk Miskin Riau Turun 5.200 Orang

id survey bps, catatkan jumlah, penduduk miskin, riau turun, 5200 orang

Survey BPS Catatkan Jumlah Penduduk Miskin Riau Turun 5.200 Orang

Pekanbaru (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan jumlah penduduk Riau yang berada di bawah garis kemiskinan hingga September 2017 menurun sebanyak 5.200 orang dibandingkan periode yang sama pada 2016.

"Secara relatif terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,26 poin dari 7,67 persen pada September 2016 menjadi 7,41 persen pada bulan September 2017," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Aden Gultom di Pekanbaru, Selasa.

Jumlah penduduk miskin di Riau pada September 2017 sebesar 496.390 jiwa, atau sebesar 7,41 persen dari jumlah penduduk Riau yang mencapai sekitar 6,6 juta jiwa. Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016, yang berjumlah 501.590 jiwa atau 7,67 persen dari jumlah penduduk.

Besar kecil jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK) karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK. "Semakin tinggi GK, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin," katanya.

Menurut Aden, GK di Riau naik sebesar 6,39 persen yaitu Rp437.259 per kapita per bulan pada bulan September 2016 menjadi Rp465.181 per kapita per bulan pada September 2017. Dengan memperhatikan komponen GK, yang terdiri

dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditas makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

"Peranan GKM terhadap GK pada September 2017 mencapai 73,59 persen sedangkan peranan GKNM terhadap GK hanya sebesar 26,41 persen," katanya.

Meski terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, BPS meminta pemerintah daerah mencermati persentase penduduk miskin di Riau pada periode September 2012September 2017 yang menunjukkan kecenderungan berfluktuatif. Jumlah penduduk miskin pada periode September 2012 sampai dengan September 2013 cenderung mengalami peningkatan dan

mencapai puncaknya pada September 2015, sedangkan periode September 2016 ke September 2017 mengalami penurunan.

Selama periode September 2012September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat dari 154.830 jiwa pada September 2012 menjadi 176.980 jiwa pada September 2017. Hal sebaliknya terjadi pada jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan, menurun dari 321.630 jiwa menjadi 319.410 jiwa pada periode yang sama.

"Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar beberapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan," ujarnya.

Pada periode September 2016-September 2017, Indeks kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,355 pada September 2016 menjadi 0,959 pada September 2017.

Begitu juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan dari 0,399 menjadi 0,187 pada periode yang sama. "Perubahan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif mengalami penurunan," katanya.

Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio, yang nilainya berkisar antara 0 hingga 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi.

Nilai Gini Ratio di Riau menujukkan kecenderungan ketimpangan yang semakin rendah. Nilai Gini Ratio September 2012 tercatat sebesar 0,383 dan keadaan September 2016 sebesar 0,347 serta turun lagi menjadi 0,325 pada September 2017.