Pekanbaru, (Antarariau.com) – BEM Universitas Riau,dan Himpunan Mahasiswa Se-Universitas Riau gelar Aksi damai di kompleks PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) Rumbai terkait dengan memburuknya ekonomi Indonesia.
Aksi ini dilakukan dengan jumlah massa sekitar 500 mahasiswa Universitas Riau,sebagai bentuk kekecewaan dan protes terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla(JK) yang hingga sekarang fluktuasinya keadaan ekonomi nasional menimbulkan banyak efek kepada masyarakat kecil, baik dari harga pokok yang melambung tinggi, hingga di Pemutusan Hubungan Kerja (PJK) oleh pihak perusahaan karena tidak lagi sanggup membiayai produksi maupun membayar upah karyawan.
Sudah 70 tahun Indonesia merdeka seharusnya menjadi titik balik perjuangan kemerdekaan 100 % bangsa dari “Penjajahan Sumber Daya Alam” terkhususnya sektor Migas yang menjadi Primadona Asing untuk menguasainya. Di Riau denga kekayaan migas saat ini dapat diibaratkan seperti “ayam yang kelaparan di lumbung padi”, karena Migas bukan digunakan untuk kesejahteraan Rakyat Riau, tetapi untuk komprador asing yang sengaja menjual Sumber Daya Riau ke Asing.
“Dengan keberadaan Chevron 80 tahun di Indonesia, apa yang dapat oleh Indonesia khususnya Riau. Tidak ada satupun manfaat yang diberikan sampai hari ini. Hari ini, kami masyarakat Riau, mahasiswa Riau menuntut Bapak Jokowi sebagai Bapak Kepala Negara Republik Indonesia untuk mengusir Chevron dari Indonesia,"kata Suyeni, Kordinato Lapangan.
“Political Will” Presiden sebagai Kepala Pemerintahan sebenarnya merupakan kata kunci dari pemecahan masalah, namun paradoks dengan keadaan saat ini, Presiden Tiarap dan bungkam serta cenderung mencari kambing hitam atas permasalahan yang terjadi, membuktikan PRESIDEN SANGAT LEMAH dan GAGAL. Adapun tuntutan Mahasiswa Universitas Riau melihat Negara sedang darurat ini yang disampaikan dalam pernyataan sikap ULTIMATUM JOKOWI, yakni :
1. Stabilkan ekonomi Nasional, dan
2. Rebut Blok Migas dari Penjajahan Asing.
"Kita mendesak Presiden Jokowi untuk menstabilkan perekonomian Indonesia, dan menasionalisasikan aset aset asing yang ada. Jika keadaan ini terus berlarut – larut tanpa ada kebijakan strategis pemerintahan maka dalam waktu 3 kali 24 jam, tuntutan kami tidak digubris, kami akan turun lagi ke sini dengan jumlah massa yang lebih besar lagi," tambah Andres Pransiska, Presiden Mahasiswa UR dalam orasinya.
Usai berorasi, seluruh gubernur berbaris di depan pagar pintu gerbang PT CPI dan melempar telur busuk. Usai itu, aksi massa dilanjutkan dengan menyanyikan lagu mars mahasiswa dengan lantangnya. Tak hanya melempar sembilan butir telur busuk diwakili dari sembilan fakultas, mahasiswa Universitas Riau juga beramai-ramai menggoyang-goyangkan pagar berupaya merobohkannya.
Menteri Sosial dan Politik (Mensospol) Topan Rezki Erlando dalam orasinya mengucapkan terima kasih kepada seluruh ketua – ketua kelembagaan Se-Universitas Riau atas partisipasinya dalam aksi pada hari ini. Hal senada juga diungkapkan oleh Presiden Mahasiswa Universitas Riau. “Hari ini kita disatukan dalam sebuah gerakan jalanan, ini sebuah kegelisahan kita melihat kondisi negeri yang semakin darurat dan ini adalah bentuk komitmen kita untuk mengawal dan terus mengingatkan pemimpin negeri ini. Kita telah menciptakan sejarah kita sendiri bahwasanya mahasiswa masih ada dan akan tetap ada untuk memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas.” tambah beliau.