Jakarta (ANTARA) - Organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) bersama Universitas Brawijaya (UB) memberikan beasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bagi para dokter asal Palestina, melalui kesepakatan kerja sama yang ditandatangani di gedung rektorat kampus tersebut pada Senin.
Ketua Pengurus Dewan Nasional BSMI M Djazuli Ambari di Kota Malang, Jawa Timur, mengatakan beasiswa PPDS yang dikerjasamakan dengan UB ini diperuntukkan bagi lima orang dokter asal Palestina.
"Hari kami menandatangani kerja sama bantuan program pendidikan beasiswa untuk PPDS dengan UB, yang disepakati lima orang," kata Djazuli.
Dari total lima kuota, sudah ada satu orang penerima beasiswa yang diproses dan akan berkuliah di Fakultas Kedokteran UB.
Djazuli menjelaskan pelaksanaan program beasiswa dengan menggandeng universitas sebagai upaya memenuhi kebutuhan tenaga medis di Palestina, terutama Gaza.
Warga Negara Palestina penerima program beasiswa PPDS akan menjalani masa perkuliahan dan pendidikan dokter spesialis di UB dalam kurun waktu 4-5 tahun.
Para mahasiswa yang menjadi penerima manfaat program beasiswa ini juga telah menyatakan komitmennya kembali ke Palestina untuk menjalankan tugas setelah lulus sebagai dokter spesialis.
"Sebagian beasiswa ditanggung untuk biaya kampus dan lain-lain dari UB, serta untuk biaya hidup dan kebutuhan dari BSMI, bersama yang kami galang dengan masyarakat," ucapnya.
Di tempat yang sama, Rektor UB Prof Widodo mengatakan pemberian beasiswa merupakan wujud nyata komitmen dan keberpihakan masyarakat Indonesia terhadap seluruh Warga Negara Palestina.
Pihaknya menegaskan selalu membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Palestina yang ingin berkuliah di UB. "Dan ini juga untuk kemanusiaan. Kami memiliki fasilitas untuk proses pendidikan, khususnya kedokteran dan dokter spesialis," kata Prof Widodo.
Sementara itu penerima program beasiswa PPDS asal Palestina, Reema Sami Balousha mengungkapkan kebahagiaannya bisa melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau obgyn.
Dia mengaku hal tersebut sebagai pengalaman yang berharga, sekaligus berguna untuk meningkatkan kemampuan sebelum kembali lagi ke Palestina.
"Aku senang bisa berada di Indonesia. Masyarakatnya di sini sangat membantu saya dan mereka ramah. Saya di sini sudah sejak September dan sangat bersemangat," tuturnya.
