Pekanbaru (ANTARA) - Permasalahan batu saluran kemih yang dipicu oleh pola hidup tidak sehat seperti kurang minum air putih, jarang bergerak, serta kebiasaan menahan kencing masih menjadi kasus tertinggi di bidang urologi di Indonesia.
Dokter Spesialis Urologi Eka Hospital, dr. Muhammad Adan Yashar, SP.U, Subsp.TRK (K) saat ditemui di Pekanbaru, Kamis, mengatakan batu di saluran kemih mencakup batu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
“Gejalanya berbeda-beda, tergantung lokasi batu. Batu di ginjal sering ditandai sakit pinggang yang dianggap kecapekan biasa, batu di ureter menimbulkan nyeri hebat, sementara batu di kandung kemih bisa menyebabkan kencing darah,” terangnya.
Ia menjelaskan, tidak semua operasi batu saluran kemih dilakukan dengan pembedahan. Beberapa kasus dapat ditangani menggunakan teknologi ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang memanfaatkan gelombang kejut tanpa bius dan pembedahan, atau melalui tindakan RIRS (laser) yang dikeluarkan melalui saluran kencing.
“Namun tidak semua batu bisa ditangani dengan ESWL. Itu bergantung pada hasil CT scan,” ujarnya.
Untuk batu berukuran besar, lanjut dia, digunakan metode PCNL yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil untuk mengeluarkan batu secara utuh setelah dipecahkan.
Ia menambahkan, penyakit batu saluran kemih berdasarkan literatur lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun, di lapangan, pola hidup yang salah membuat keduanya berisiko sama besar.
Selain itu, faktor genetik juga mempengaruhi seseorang bisa terkena batu ginjal hingga 50 persen.
“Menahan kencing terlalu lama juga dapat meningkatkan jumlah kuman dan membuat warna serta bau urine semakin pekat,” ujar dr. Adan.
Dalam praktiknya, ia mengungkapkan pernah menemukan batu sebesar kepala bayi, serta kasus anak kecil yang mengalami gangguan saluran kemih akibat sering mengonsumsi minuman energi tanpa air.
dr. Adan mengingatkan masyarakat agar memperhatikan warna urine saat kencing sebagai indikator kebutuhan cairan tubuh.
“Semakin banyak air putih yang diminum, urine akan lebih jernih. Kalau makin pekat, artinya asupan cairan masih kurang,” tambahnya.
