Waspadai Filosofi

id waspadai filosofi

Oleh Afut Syafril

Jakarta, (Antarariau.com) - Negara Islam Irak dan Suriah atau sering disebut ISIS sedang mengancam kepercayaan dan karakter bangsa Indonesia. Banyak kabar yang menyebutkan bahwa warga negara Indonesia telah bergabung dengan kelompok teroris itu.

Beberapa pola pendekatan dan perekrutan ISIS telah diapaparkan oleh ahli guna mengantisipasi perkembangan kelompok tersebut.

Pemerhati masalah terorisme dari Universitas Indonesia Nasir Abbas berpendapat pendekatan yang digunakan adalah menggunakan filosofi anak panah.

"Ada sebuah filosofi yang berhubungan dengan keyakinan, namun telah dibelokkan nilai pemaknaannya oleh oknum teroris guna mencuci otak," kata Nasir Abbas.

Filosofi anak panah adalah dianalogikan sebagai alat perjuangan dalam jihad atau berjuang mempertahankan keyakinannya.

Senjata panah sebagai alat membunuh, atau disamaartikan berjuang dengan cara kekerasan dalam membasmi ancaman ideologi.

"Mereka percaya anak panah adalah simbol dari cara jihad dengan memakai kekerasan dalam mencapai tujuan," katanya.

Kemudian, analogi anak panah tersebut dimasukkan dalam paham ide sebagai sebuah filosofi.

Teroris membentuk filosofi anak panah dengan memasukkan keyakinan bahwa pembuat senjata anak panah beserta busurnya akan memperoleh pahala ketika menciptakan.

Pembuat anak panah ini bisa diartikan sebagai siapa saja yang berani menyebarkan ajaran jihad dengan kekerasan maka akan memperoleh pahala yang tidak terhingga.

Begitu juga dengan siapa yang mampu membeli senjata panah, maka akan dilipatgandakan biaya membeli tersebut dengan pahala.

Pembeli panah ini, diartikan sebagai siapa saja yang mampu mendanai teroris dalam berjuang, maka akan mendapat jaminan surga, atau pahala yang berlipat ganda.

Kemudian rantai terakhir adalah pengguna anak panah, atau orang yang berjuang secara langsung dalam peperangan akan dianggap sebagai tentara Tuhan dalam membasmi orang yang berbeda dengan ideologinya.

Setelah itu menjadi seperti siklus yang terus berputar, dari pengguna naik menjadi penyebar paham filosofi tersebut hingga turun ke fase-fase yang lain.

"Filosofi itu terus dipakai hingga bisa menjatuhkan atau menguasai daerah tertentu," kata Nasir.

Sementara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan bahwa orang terdekat atau keluarga adalah sasaran utama dalam perekrutan anggota ISIS.

"Orang terdekat bahkan keluarga sendiri adalah sasaran utama untuk perekrutan anggota ISIS, karena faktor kepercayaan lebih besar," kata Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris.

Menurut dia, orang-orang lebih mudah percaya kepada keluarga sendiri terkait keyakinan atau kepercayaan dalam menanamkan sebuah ideologi baru.

"Dengan orang terdekat, masukan untuk mempengaruhi lebih besar, terutama di Indonesia, karena banyak kepercayaan dan keyakinan agama yang menurut kepada orang tua," tuturnya.

Ia mengatakan, beberapa anggota ISIS yang sudah melakukan pengakuan, menjelaskan bahwa proses awalnya adalah diajak atau diajarkan oleh orang terdekat.

Fakta-fakta lain adalah, sumber pendanaan pemberangkatan anggota ISIS didanai oleh salah satu anggota keluarga atau bahkan iuran dari beberapa kerabat keluarga.

Bagi anggota keluarga yang tidak mampu berjuang secara langsung, namun mampu secara finansial, akan diminta berjuang dalam bentuk kucuran dana yang tidak terbatas dari sebuah keluarga besar dan berantai.

Oleh karena itu, satu orang anggota ISIS mudah mendapatkan banyak anggota, karena satu keluarga yang sudah tertanam ideologi baru biasanya akan ikut mendukung.

Ia berharap, semua anggota keluarga dan seluruh masyarakat berhati-hati dan tetap waspada apabila ada motif mencurigakan dari kerabat dekat atau orang yang mengaku kerabat dekat dari tokoh keluarga.

"Semua harus berhati-hati, jangan mudah terhasut dengan ajakan atau iming-iming yang tidak masuk akal, perkuat keyakinan diri dan selalu berpikir positif menghadapi perbedaan," tuturnya.

Irfan juga menjelaskan, untuk mempermudah menanamkan ide dan filososi tersebut, metode yang diserang adalah mencari dan membangkitkan sisi emosi kebencian.

"Kebencian menjadikan senjata utama dalam mencuci otak, karena jika sudah tertutup dengan kebencian, semua hal yang berlawanan akan dianggap suatu pembenaran," ujarnya.

Benci yang dimaksud adalah ketidakadilan yang diraksakan pada setiap orang atau ketidakpuasan perlakuan dari negara dan masyarakat sekitar terhadap nasib dari calon perekrutan.

Semakin rasa ketidakpuasan itu dibangkitkan, maka rasa kebencian akan semakin besar, sehingga jihad dijadikan solusi bagi meluapkan kebencian tersebut.

Sasaranya adalah orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi dan lemah keyakinan dalam beragama, sehingga mudah putus asa dalam menjalani kehidupan. Hal tersebut menjadi sasaran utama perekrutan anggota.

Nesxt