Ramallah, Palestina (ANTARA) - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, pada Minggu (2/2) menyerukan digelarnya sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan serangan Israel terhadap rakyat Palestina, menyusul penghancuran blok-blok permukiman di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat utara yang diduduki.
Sebelumnya, Direktur Hubungan Masyarakat dan Media untuk Kota Jenin, Bashir Matahen, mengatakan kepada Anadolu bahwa tentara Israel telah meledakkan 21 rumah di tiga permukiman kamp pengungsi tersebut.
Ia memperingatkan bahwa "ledakan akan terus berlanjut, sesuai dengan pemberitahuan yang diberikan tentara Israel kepada pejabat Palestina."
Menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA, Abbas meminta "sidang darurat mendesak Dewan Keamanan PBB guna menghentikan agresi Israel yang terus berlangsung terhadap rakyat Palestina."
Dalam permintaannya, Abbas menyoroti “penghancuran blok-blok permukiman oleh pasukan pendudukan di kamp Jenin dan Tulkarm, pemboman puluhan rumah, serta pengusiran warga dari rumah mereka di Tamoun dan kamp Far'a di Tubas, yang disertai dengan penghancuran sistematis terhadap infrastruktur.”
Abbas juga menyoroti “kebijakan pembunuhan yang diterapkan Israel, yang telah menyebabkan kematian puluhan warga, melukai ratusan orang, menangkap ribuan tahanan, serta aksi teror yang dilakukan pemukim, termasuk pembakaran rumah dan properti warga Palestina, semua bertujuan untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah air mereka.”
Kepresidenan Palestina mendesak komunitas internasional "untuk segera turun tangan dan bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan internasional bagi rakyat Palestina serta menekan negara pendudukan agar menghentikan kejahatan seriusnya yang mengarah pada pemindahan paksa warga Palestina."
Palestina juga menyerukan kepada pemerintah AS "agar segera bertindak untuk memaksa Israel menghentikan penghancuran dan pengusiran ini serta mencegah eskalasi dan ketegangan yang dampaknya akan dirasakan di seluruh kawasan."
Kepresidenan Palestina menegaskan bahwa tentara Israel "sedang menyelesaikan rencana yang telah mereka mulai di Jalur Gaza untuk mengusir rakyat Palestina, dengan meledakkan rumah-rumah dan kawasan permukiman guna memaksakan rencana yang ditolak dan dikecam secara luas."
Pihaknya juga menegaskan bahwa rakyat Palestina “akan tetap teguh bertahan di tanah mereka, menjaga sejarah dan tempat suci mereka, serta mampu menggagalkan rencana pemindahan paksa itu, sebagaimana mereka telah menggagalkan berbagai proyek yang menargetkan perjuangan, hak-hak sah, dan prinsip-prinsip dasar mereka yang tidak akan mereka tinggalkan.”
kepresidenan Palestina memperingatkan bahwa “tindakan destruktif yang dilakukan pasukan pendudukan ini akan membawa dampak serius bagi rakyat Palestina dan seluruh kawasan, serta tidak akan membawa perdamaian dan keamanan bagi siapa pun.”
Pada 21 Januari lalu, tentara Israel melancarkan serangan ke Kota Jenin dan kamp pengungsi di wilayah itu, menewaskan sedikitnya 25 warga Palestina. Serangan tersebut kemudian meluas hingga ke Kota Tulkarm, di mana tiga warga Palestina turut menjadi korban jiwa.
Eskalasi di Tepi Barat ini terjadi setelah perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, menyusul perang genosida Israel selama 15 bulan yang telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina serta menghancurkan wilayah tersebut menjadi puing-puing.
Sejak awal agresi Israel di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 900 warga Palestina di Tepi Barat telah terbunuh dalam serangan oleh pasukan Israel dan para pemukim Yahudi.
Baca juga: Hamas rilis nama warga Palestina yang akan bebas dalam pertukaran tahanan
Baca juga: Kantor Media Tawanan Palestina rilis daftar nama 110 orang yang akan bebas
Sumber: Anadolu