Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) pada saat Hari Disabilitas Internasional 2024 telah mewujudkan 1.000 madrasah inklusi yang tersebar di seluruh Indonesia guna menjadi fasilitas tempat menimba ilmu para siswa-siswi penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus.
"Setiap anak adalah kekasih Tuhan dan siapa pun yang mencintai mereka akan mendapatkan keberkahan yang tak terhingga," kata Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar melalui keterangan resminya, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini masih perlu adanya peningkatan populasi madrasah inklusi. Karena hal itu menjadi kewajiban bagi negara dalam mendidik anak-anak bangsa, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.
“Semangat inklusivitas dan keberagaman adalah simbol bahwa bangsa ini terus bergerak menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan,” ucap Menag.
Dalam kegiatan itu Menag juga mengukuhkan Helmi Halimatul Udhmah yang ditahbiskan menjadi Bunda Inklusi Kemenag. Dalam kesempatannya Helmi mengingatkan bahwa setiap madrasah hendaknya dapat menerima siswa tanpa diskriminasi.
Bukan hanya menerima tetapi juga memberikan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan siswa disabel. Hal ini, imbuh Helmi, menjadi konsekuensi Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 1 Tahun 2024 tentang Akomodasi yang Layak bagi Penyandang Disabilitas.
"Dengan hampir 50.000 siswa penyandang disabilitas di madrasah, kami harus menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung potensi mereka," ucapnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Abu Rokhmad mengungkapkan pihaknya terus berupaya meningkatkan jumlah madrasah disabel untuk memastikan negara hadir mendampingi anak-anak bangsa yang berkebutuhan khusus.
"Kami akan terus berupaya agar madrasah menjadi tempat yang mendukung tumbuh kembang anak-anak istimewa, tempat mereka merasa diterima, dihargai, dan diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan potensi masing-masing," kata dia.
Untuk diketahui bersama, saat ini sudah terdapat lebih dari 55 ribu madrasah di seluruh Indonesia. Pada tahun 2021 jumlah madrasah disabel masih 77 unit, dan tahun ini telah jauh meningkat menjadi 1000 unit, dengan jumlah siswa disabel sekitar 50 ribu orang.
Sebanyak 1.000 madrasah inklusi tersebut adalah madrasah biasa yang sudah ditingkatkan fasilitasnya menjadi ramah disabel. Penambahan fasilitas tersebut antara lain berupa kursi roda, ramp way, guiding block, literasi braille, komputer khusus dan berbagai aplikasi disable.
Baca juga: Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
Baca juga: Kemenag Pekanbaru imbau pelajar masuk DP4 rekam KTP Elektronik