Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Susanto menyebutkan diskusi rutin dan identifikasi masalah dapat membantu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempercepat kemampuan untuk ekspor.
Dalam Forum Dialog Peningkatan UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat, Budi menyampaikan kedua fokus tersebut merupakan upaya mencetak lebih banyak lagi UMKM yang siap menjadi eksportir.
"Program kita kan UMKM bisa ekspor, jadi kita kumpulin para pembina UMKM, agregator, jadi kita cari kerja sama bersama-sama, apa masalahnya, kemudian dalam waktu dekat apa yang harus kita lakukan. Jadi target kita kan secepatnya UMKM ini bisa ekspor," kata Budi.
Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029. Untuk mewujudkannya, Kemendag menargetkan ekspor nasional dapat tumbuh 7,1 persen pada 2025 hingga 9,6 persen pada 2029, salah satunya melalui UMKM BISA Ekspor.
Budi juga menekankan pentingnya membuka akses pasar bagi UMKM. Menurutnya, kerja sama dengan atase perdagangan dan juga agregator yang berada di luar negeri dapat memperluas peluang pelaku usaha Indonesia untuk masuk pasar ekspor.
Namun demikian, hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah peningkatan daya saing.
"Daya saing itu kan, tidak mesti dari sisi produk, tapi juga dari sisi manajemennya, kalau perusahaannya nggak tahu cara ekspor dan sebagainya itu kan dari daya saing, nanti kita ajarin semua," kata Budi.
Lebih lanjut, forum tersebut menyepakati adanya forum komunikasi yang rutin untuk membahas tantangan dan permasalahan UMKM untuk ekspor.
"Jadi nanti rutin, tiap bulan akan ada para agregator kita untuk membuat bisnis matching dengan para pembina UMKM. Jadi nanti ada perwakilannya, misalnya pembina UMKM, jadi nanti pembinanya perbankan atau apapun nanti kita gantian," ucapnya.
Baca juga: Mendag Budi Santoso sebut produk lokal harus punya daya saing
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan sita 11.000 ton produk baja siku tanpa SNI