Rasuah pembangunan rumah ibadah di Kota Bertuah

id Korupsi masjid di Pekanbaru,Korupsi pekanbaru

Rasuah pembangunan rumah ibadah di Kota Bertuah

Payung elektrik di Masjid Annur Pekanbaru yang tak selesai pengerjaannya. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Pekanbaru (ANTARA) - Rumah ibadah selayaknya menjadi tempat yang nyaman untuk melaksanakan berbagai ritual keagamaan. Namun siapa sangka proses renovasi ataupun pembangunan rumah ibadah itu justru menjadi tempat yang juga nyaman bagi segelintir orang untuk memperkaya diri sekaligus memperkaya dosa dengan berbuat melawan hukum.

Para penegak hukum di Provinsi Riau, baik polisi maupun jaksa tengah menilik dugaan korupsi pada pembangunan beberapa masjid besar di Kota Pekanbaru.

Tak tanggung-tanggung, tiga Masjid Raya di Pekanbaru tersebut terseret dugaan rasuah. Bahkan salah satunya merupakan masjid tertua di ibu kota Bumi Lancang Kuning ini

Masjid Raya Senapelan yang sudah berdirisejak abad ke-18 menjadi korban dari keserakahan dan ketamakan. Pembangunan fisik di Masjid Raya Senapelan yang dianggarkan pada 2021 itu bernilai puluhan miliar.Salah satu pekerjaan yang dianggarkan tersebut diduga bermasalah dengan pagu anggaran Rp8.654.181.913 dan HPS Rp7.804.810.000.

Keempat tersangka yang dinilai harus bertanggungjawab telah masuk ke balik jeruji besi sembari penyidik Kejati Riau mempersiapkan segala berkas perkara.

Bukan pertama kali, dugaan korupsi masjid bersejarah ini pernah terendus Korps Adhyaksa beberapa tahun lalu. Saat itu bukan soal pembangunan, melainkan pemugaran.

Selain itu pemugaran juga sempat menuai masalah bukan hanya karena diusut Kejati Riau, namun juga diprotes oleh pemangku adat karena renovasi ditakutkan menghilangkan jejak sejarah di masjid itu.

Kasus kedua terendus di Masjid RayaAn Nur yang menjadi kebanggaan masyarakat Riau ini. Bahkan salah satu pembangunan yang digadang-gadang menjadi wisata religi ikonik juga diduga bermasalah. Enam payung elektrik yang terpasang di halaman masjid tersebut entah bagaimana kabarnya kini. Payung tak kunjung mekar sesuai jadwal. Yang mekar justru kabar pembangunannya yang menyalahi aturan. Seharusnya masyarakat Riau bisa menunaikan ibadah salat Idul Fitri 2023 di bawah naungan payung raksasa.

Awalnya payung tersebut meniru payung elektrik Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Harapannya keenam payung dapat berdiri tegak menambahkan keindahan tempat yang juga jadi wisata religi di Pekanbaru itu.

Namun ekspektasi tak sesuai realita. Payung elektrik yang pembangunannya menelan Rp42 miliar tersebut tak kunjung selesai walaupun prosesnya pengerjaannya telah mengalami perpanjangan hingga dua kali.

Kini pengerjaan telah terhenti. Enam payung elektrik itu kini seolah termangu, tak tau harus apa di tengah halaman yang luas tersebut.

Saat ini Polda Riau tengah mengumpulkan bahan keterangan (pulbaket) guna menelusuri siapa yang bertanggungjawab atas mangkraknya pembangunan tu. Serupa, Kejati Riau juga berkoordinasi dengan Inspektorat dan melakukan audit untuk mengetahui seberapa banyak kerugian keuangan negara perihal proses pembangunan payung raksasa tersebut.

Selanjutnya, Masjid Raya Riau menambah panjang deretan proyek masjid yang bermasalah di Pekanbaru. Tempat peribadatan yang memiliki nama Masjid Nurul Wathan ini terletak di Jalan Siak II, Kecamatan Rumbai.

Meski dibangun sejak 2017 dan Gubernur Riau Syamsuar beberapa kali sempat mendirikan shalat di sana. Diketahui hingga kini masjid tersebut belum diresmikan. Meski begitu, masyarakat sekitar tetap memanfaatkannya untuk tempat beribadah.

Kini Masjid Raya Riau telah dihentikan pengerjaannya walaupun ada beberapa bagian yang belum rampung diselesaikan.

Kotor dan seolah terbengkalai. Masjid yang dibangun baru enam tahun lalu ini tampak telah mengalami kebocoran. Di lantai kedua yang menjadi tempat salat tampak beberapa ember diletakkan untuk menampung tetesan air yang jatuh.

Walaupun dikatakan dapat menampung hingga ribuan jamaah, tak banyak warga yang mendirikan shalat di sana. Beberapa keramiknya bahkan tampak pecah. Bahkan batas sucinya pun tak jelas. Orang yang datang tampak santai mengenakan alas kaki hingga ke lantai dua bangunan tersebut. Meski begitu, masjid ini masih menjadi pilihan persinggahan bagi orang yang datang dari luar Pekanbaru.

Dugaan korupsi pembangunan masjid yang menelan anggaran puluhan miliar pun mencuat. Tim Kejati Riau tengah menunggu hasil audit yang dilakukan Ahli konstruksi dan bangunan dari akademisi Universitas Islam Riau (UIR), Prof DR Ir Sugeng Wiyono MT.

Ketiga Masjid Raya di Pekanbaru kini bermasalah. Siapa sangka bangunan yang jadi tempat peribadatan umat muslim tersebut malah menjadi kesempatan bagi oknum yang ingin memperkaya diri

Baru satu dari tiga perkara yang telah ditetapkan tersangka atas dugaan rasuah tempat peribadatan ini. Dua lainnya masih diperlukan analisa, penelusuran, penyelidikan, kata penegak hukum. Entah sampai kapan, entah memakan waktu berapa lama.

Pembangunan rumah Tuhan pun diselewengkan, apalagi cuma pembangunan fisik biasa seperti pasar, gedung markas tentara, atau tambal sulam jalan.

Selamat berkorupsi eh maaf, selamat beribadah di rumah Tuhan.