Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pengamat Lingkungan Hidup Universitas Riau Prof Adnan Kasri menyatakan perambahan yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang dikelola secara kolaboratif Balai TNTN serta World Wildlife Fund for Nature (WWF) harus diangkat jadi masalah nasional.
"Seharusnya tahun 2014 ini, masalah perambahan di TNTN diangkat menjadi permasalahan nasional. Sebab, sudah tidak bisa lagi bermain dalam tataran lokal (Riau)," kata Guru Besar Lingkungan Hidup UNRI ini di Pekanbaru, Riau.
Menurut dia, masyarakat sudah melihat perambahan yang terjadi di kawasan taman nasional yang diperuntukkan sebagai lahan konservasi bagi satwa langka seperti gajah Sumatera, namun berubah jadi perkebunan kelapa sawit dan tanaman karet liar.
Sementara pemerintah daerah baru memberikan sedikit perhatiannya ke TNTN menjelang akhir tahun 2013, setelah mendengar suara sejumlah anggota DPR daerah pemilihan Riau seperti Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo dan anggota Komisi IV Wan Abubakar.
"Mestiya anggota DPRD Riau lebih intensif menyuarakan TNTN dengan tetap bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Riau walau tidak bertanggungjawab langsung terhadap Tesso Nilo dan pemerintah kabupaten yang termasuk dalam wilayah TNTN," katanya.
Kemudian pemerintah daerah terutama kabupaten dalam wilayah TNTN harus lebih intensif lagi dalam menyampaikan berbagai permasalahan yang terjadi di kawasan itu pada pemerintah pusat, melalui Kementerian Kehutanan.
"Pers harus lebih galak lagi dalam pemberitaan untuk mengangkat masalah ini. Karena hal ini dibuktikan dengan semakin sering terjadi pembunuhan terhadap satwa langka yakni gajah Sumatera di luar kawasan Tesso Nilo," ucapnya.
Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2004 telah mempublikasikan ditemukannya 360 jenis tumbuhan vascular/pohon yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku yang masih dijumpai, namun populasinya dalam kondisi mengkhawatirkan.
Ditemukan juga 82 jenis tumbuhan obat yang selama ini dimanfaatkan untuk mengatasi 38 macam penyakit, 644 jenis serangga, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia termasuk harimau Sumatera dan gajah Sumatera, 3 jenis primata, 14 jenis ektoparasit dan 50 jenis ikan serta 33 jenis herpetofauna.