Krisis Memburuk: Jalur Bantuan untuk Warga Gaza di Ambang Kehancuran

id Gaza,PBB,Krisis Kemanusiaan

Krisis Memburuk: Jalur Bantuan untuk Warga Gaza di Ambang Kehancuran

Warga Palestina menunggu untuk mengambil air di tengah gelombang panas di area Sheikh Radwan, Kota Gaza utara, pada 17 Juli 2025. (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad)

PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengeluarkan peringatan keras mengenai kondisi kemanusiaan di Gaza yang semakin mengerikan. Melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, Guterres menyatakan bahwa jalur-jalur kehidupan terakhir yang menopang jutaan warga Gaza mulai runtuh akibat blokade, kekerasan, dan ancaman terhadap bantuan kemanusiaan.

“Sistem kemanusiaan menghadapi hambatan besar, pelemahan fungsi, dan serangan berbahaya. Sekjen sangat terkejut dengan laju keruntuhan yang semakin cepat,” ujar Dujarric dalam pernyataan pada Senin (21/7).

PBB menyoroti meningkatnya laporan anak-anak dan orang dewasa yang mengalami malanutrisi akut, serta aksi brutal terhadap mereka yang sekadar mencoba mencari makanan. Guterres mengecam keras penembakan dan pembunuhan terhadap warga sipil yang kelaparan, menyebutnya sebagai pelanggaran berat kemanusiaan.

Baca juga: Serang Fasilitas Bantuan di Gaza, Israel Dikecam Keras oleh China

Situasi kian memburuk ketika perintah evakuasi yang dikeluarkan Israel pada akhir pekan lalu memaksa ribuan warga Deir al-Balah meninggalkan tempat tinggal mereka. Dua wisma PBB bahkan turut menjadi sasaran tembakan, meskipun koordinatnya sudah disampaikan ke militer Israel. “Tempat-tempat seperti ini seharusnya dilindungi, bukan diserang,” tegas Dujarric.

Guterres kembali mendesak gencatan senjata segera, pembebasan sandera tanpa syarat, dan perlindungan bagi warga sipil serta pekerja kemanusiaan. Ia menegaskan kesiapan PBB untuk meningkatkan operasi bantuan, namun menekankan bahwa kondisi saat ini menghalangi upaya penyelamatan jiwa.

Konvoi Diserang, Bantuan Tertahan

Tragedi lain muncul ketika konvoi Program Pangan Dunia (WFP) yang membawa bantuan pokok disambut oleh kerumunan besar warga yang putus asa. Namun, bukannya bantuan tersalurkan, kerumunan itu justru ditembaki oleh tank dan penembak jitu Israel, menyebabkan korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya serta luka-luka serius. WFP menyatakan keprihatinan dan duka mendalam atas insiden tersebut.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa lebih dari 2 juta warga Gaza kini berada di ambang kelaparan, dengan 50–80 ribu orang terdampak langsung oleh perintah evakuasi terbaru. Fasilitas vital, seperti pusat desalinasi air di Gaza Selatan yang memasok kebutuhan air bersih ratusan ribu orang, kini juga terancam.

Kondisi infrastruktur semakin menyedihkan: 80 persen fasilitas air, sanitasi, dan kebersihan telah berada dalam zona militer atau area evakuasi. Sekitar 93 persen rumah tangga tidak memiliki akses air bersih, menurut data bulan Juni.

Gaza Terfragmentasi, Harapan Menipis

OCHA menyebut 87,7 persen wilayah Gaza kini berada dalam perintah pengungsian atau zona militer, memaksa lebih dari 2 juta orang mencari perlindungan di wilayah-wilayah sempit yang nyaris tidak memiliki layanan dasar.

Lebih dari 1,3 juta orang saat ini membutuhkan tempat tinggal darurat dan perlengkapan rumah tangga. Pasokan tenda dan terpal telah habis sejak lebih dari empat bulan lalu, membuat kondisi semakin menyedihkan.

Baca juga: Krisis Makin Parah: 18 Warga Palestina Tewas Kelaparan dalam 24 Jam

Sementara itu, krisis bahan bakar memperburuk situasi. Pasokan yang masuk sangat minim dan hanya cukup untuk kebutuhan paling mendesak. Tanpa bahan bakar, air tidak dapat dipompa, bantuan tidak bisa didistribusikan, dan layanan kesehatan tidak dapat beroperasi.

PBB: Bantuan Harus Diizinkan Masuk Tanpa Hambatan

“Otoritas Israel harus segera memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan—termasuk makanan, air, bahan bakar, dan perlengkapan darurat—tanpa penundaan,” tegas OCHA. Hanya dengan cara itu, badan-badan kemanusiaan dapat memberikan harapan terakhir bagi penduduk Gaza yang kini hidup dalam keputusasaan total.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.