Brussel (ANTARA) - Sejumlah pejabat tinggi Uni Eropa pada Selasa (22/7) melontarkan kecaman keras terhadap Israel setelah pasukan negara itu dilaporkan menembaki warga sipil Gaza yang tengah mengantre bantuan kemanusiaan. Insiden tragis ini memicu amarah internasional dan desakan agar Israel segera mematuhi hukum internasional serta menjamin akses aman untuk bantuan kemanusiaan.
"Pembunuhan terhadap warga sipil yang hanya berusaha mendapatkan bantuan tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apa pun," tegas Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, melalui platform X. Ia juga mengungkap telah berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, untuk menegaskan kembali pentingnya aliran bantuan kemanusiaan yang aman dan tanpa hambatan.
Baca juga: Krisis Memburuk: Jalur Bantuan untuk Warga Gaza di Ambang Kehancuran
Kallas memperingatkan, jika Israel terus mengabaikan komitmennya, semua opsi akan dipertimbangkan. "Israel harus menghentikan serangan terhadap warga sipil di titik distribusi bantuan. Komitmen harus ditepati—atau akan ada konsekuensinya," ujarnya.
Nada serupa disuarakan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen. Ia menyebut rekaman visual dari Gaza sebagai "tak tertahankan" dan memperingatkan bahwa "menargetkan warga sipil sama sekali tidak bisa diterima."
"Uni Eropa menyerukan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk secara bebas, aman, dan secepat mungkin," tulis von der Leyen di akun resminya. "Warga Gaza telah menanggung penderitaan luar biasa. Ini harus dihentikan sekarang juga."
Baca juga: Serang Fasilitas Bantuan di Gaza, Israel Dikecam Keras oleh China
Pernyataan keras ini muncul menyusul laporan dari otoritas kesehatan Gaza yang menyebut sedikitnya 85 warga tewas pada Minggu (20/7) akibat tembakan pasukan Israel saat mereka berkerumun untuk menerima bantuan. Enam orang lainnya tewas dalam penembakan terpisah di Rafah.