Tinjau restorasi gambut di Dumai, Wamen LHK: Sekat kanal perlu diperbanyak

id Wamen LHK di riau,Restorasi gambut di Riau

Tinjau restorasi gambut di Dumai, Wamen LHK: Sekat kanal perlu diperbanyak

Wakil menteri LHK saat kunjungan kerja restorasi gambut di Dumai. (ANTARA/Annisa Firdausi)

Dumai (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) meninjau lokasi kegiatan restorasi gambut di kota Dumai, Kamis.

Restorasi gambut di Provinsi Riau telah menjadi prioritas utama bagi pemerintah RI sejak terjadinya bencana Karhutla pada 2015 lalu.

Sejak 2021, upaya restorasi gambut di Riau dilanjutkan dengan pembangunan 130 unit sekat kanal serta penimbunan lima kanal untuk menjaga gambut agar tetap basah. Selain itu, juga dilakukan revegetasi seluas 90 hektar dan pemberian bantuan paket revitalisasi ekonomi sebanyak 61 paket pada lima kabupaten/kota di Riau.

Wakil Menteri LHK Alue Dohong menyebutkan gambut merupakan harta karun Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan gambut terluas di dunia, yaitu sebanyak 15 juta hektar.

Disebutkannya, gambut asli yang berupa vegetasi juga mengandung 90 persen air dan kaya akan karbon di dalamnya. Namun bila lahan gambut terus dibuka dan dikecilkan vegetasinya, maka akan berakibat kandungan air di dalamnya terus menurun. Hal itu yang menyebabkan kekeringan dan menjadikannya bahan yang mudah terbakar.

"Kebakaran gambut ini sangat sulit penanganannya karena dia baru bisa padam setelah mendekati permukaan air. Yang berbahaya itu underground fire, dia akan berhenti ketika menjumpai muka air.

Inilah yang menjadi sumber asap, yang menyerang mata dan sistem pernapasan," ucapnya.

Oleh karena itu pencegahan menjadi jalan utama untuk penanganan Karhutla di Riau. Alue mengingatkanuntuk waspada bila sudah seminggu atau dua minggu hujan tak turun. Bila ditemukan titik api, diperlukan pula pemadaman segera oleh satgas Karhutla.

Selain itu diperlukan imbaun kepada semua pihak khususnya di musim kemarau, untuk tidak sembarangan dengan api. Salah satunya membuang puntung rokok sembarangan.

"Tindakan lainnya yaitu dengan menjaga infrastruktur gambut yang ada, sumur bor dicek lagi dan sekat kanal harus terus dilakukan untuk menjaga muka air setinggi mungkin pada musim kemarau. Dengan begitu gambut akan tetap basah dan lembab sehingga potensi kebakaran bisa dicegah," terang Alue.

Alue melanjutkan isu lingkungan paling utama yaitu bagaimana memulihkan lingkungan hidup lewat kegiatan pemulihan gambut dan mangrove dalam rangka pengendalian iklim.

Tematik isunya yaitu bagaimana Indonesia menjadi contoh kegiatan penanganan iklim lewat pencegahan regradasi gambut karena kebarakan.

"Caranya dengan memperbanyak sekat kanal. Sebab yang sering terjadi kebakaran itu lahan gambut yang tak ada sekat kanalnya. Pada saat kemarau masalah utama adalah tak ada air untuk pemadaman di hutan, sumber air tak ada. Dengan ada sekat kanal, maka air bisa didapatkan dipakai sebagai sumber air untuk pemadaman," pungkasnya.