Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, memberi penjelasan mengenai alasan di balik gejolak emosi yang kerap terjadi pada usia remaja.
Menurut Vera, bagian otak prefrontal cortex belum berfungsi secara optimal saat usia remaja sehingga tidak mengherankan apabila perilaku dan keputusan yang mereka lakukan lebih banyak dipengaruhi emosi.
Baca juga: Psikolog: Resolusi tahun baru harus dibuat secara terukur, tekan kekecewaan
"Bagian inilah (prefrontal cortex) yang membantu kita untuk mengambil keputusan atau melakukan fungsi-fungsi berpikir tingkat tinggi yang eksekutif dan memikirkan efek jangka panjang," kata Vera saat diskusi virtual bersama media, ditulis Rabu.
Ia mengatakan fungsi prefrontal cortex baru berkembang secara optimal ketika seseorang menginjak usia 20 hingga 25 tahun.
Verta menyebutkan contoh kasus yang biasanya banyak dialami remaja, yakni bermain game online. Alih-alih mengerjakan tugas sekolah atau belajar, mereka lebih gemar menghabiskan waktu untuk bermain game. Remaja kesulitan mengontrol atau menahan diri untuk tidak terus-menerus bermain game karena lebih banyak dipengaruhi emosi.
"Main game itu asik, itu emosi semua dapatnya. Perasaan senang dan pleasure semua ada di situ. Terus bandingkan dengan belajar, nah itu berat banget," tuturnya.
Baca juga: Begini saran psikolog untuk ciptakan suasana libur akhir tahun di rumah saja
Menurut Vera, untuk melakukan transisi dari kecanduan bermain game hingga anak memiliki kesadaran untuk belajar harus dimulai dari perubahan-perubahan dan target-target kecil yang dilakukan secara konsisten dengan didampingi oleh orang tua.
"Jadi yang kita (orang tua) tekankan pada anak adalah, 'Yuk, kamu pasti bisa mengendalikan keinginan kamu untuk main game. Sebenarnya dengan mengalahkan (keinginan) itu saja, dia sudah berjuang supaya prefrontal cortex-nya bisa berfungsi lebih optimal," kata Vera.
Vera menyebutkan contoh lain, biasanya remaja juga mengalami kesulitan ketika mempertimbangkan dan memilih jurusan kuliah. Ketika sisi emosi yang dikedepankan dalam pengambilan keputusan, maka tak heran apabila remaja jelang usia 20 tahun kadang kala merasa salah mengambil jurusan.
"Ada anak yang memilih jurusan yang penting masuk negeri, atau kerjanya gampang, atau ada idolanya di situ, jadi emosi yang bermain. Atau keinginan orang tuanya yang masuk ke sana,” ujarnya.
Baca juga: Terkait pelecehan di kampus, ini kata praktisi psikologi
Dalam kasus seperti itu, Vera menekankan peran orang tua dan pendidik yang secara tidak langsung “menjadi penjaga” fungsi prefrontal cortex pada remaja. Untuk mengoptimalkan fungsi otak ini, orang tua bisa membantu anak melalui diskusi mengenai konsekuensi jangka pendek dan panjang saat mereka memilih jurusan tertentu.
"Jadi kita yang rem. ‘Oke, kita bahas pilihan jurusannya ada apa saja, 'Kenapa kamu mau jurusan ini', 'Ke depannya apa yang bisa kamu tekuni lagi’, ‘Kamu tertarik tidak untuk ambil ke sana’, dan seterusnya. Itu dibahas satu-satu,” kata Vera.
Saat menjalankan proses diskusi, Vera menegaskan bahwa orang tua juga perlu menjaga kesabaran diri sendiri sebab pengambilan keputusan pada remaja memang membutuhkan waktu yang panjang.
"Banyak orang tua yang mungkin tidak sabar untuk melalui proses ini karena umur kita sudah lebih tua secara angka, jadi sudah lebih tahu apa yang mesti dilakukan. Kalau tidak sabar, orang tua malah jadi short cut, ‘Sudah kamu ambil yang ini saja’, padahal belum tentu sesuai dengan hati sang anak,” ujarnya.
Baca juga: Psikolog ingatkan pentingnya sosok ayah untuk perkembangan anak di masa mendatang
Berita Lainnya
Presiden Prabowo Subianto tiba di Abu Dhabi dan sempat dikawal pesawat tempur
23 November 2024 16:52 WIB
Bawaslu ingatkan pukul 00.00 malam ini alat peraga kampanye mulai ditertibkan
23 November 2024 16:36 WIB
Bappenas targetkan pertumbuhan ekonomi menyasar ke kelompok bawah
23 November 2024 16:20 WIB
Masa kampanye berakhir, Risma-Gus Hans sampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Jatim
23 November 2024 16:08 WIB
Begini upaya Lampung untuk mendukung program swasembada pangan nasional
23 November 2024 15:59 WIB
Pengamat: TNI berperan penting dalam menciptakan suasana kondusif saat pilkada
23 November 2024 15:53 WIB
Menkes: Pemerintah fasilitasi masyarakat lakukan skrining awal penyakit kanker
23 November 2024 15:48 WIB
BBMKG sebut bibit siklon tropis terpantau di Samudera Hindia
23 November 2024 15:33 WIB