Psikolog: Resolusi tahun baru harus dibuat secara terukur, tekan kekecewaan

id Resolusi tahun baru

Psikolog: Resolusi tahun baru harus dibuat secara terukur, tekan kekecewaan

Psikolog dari himpunan psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah cabang Barlingmascakeb Ketty Murtini. ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi

"Jadi kuncinya ada di perencanaan yang matang, tahap-tahap yang mau dicapai juga perlu dipikirkan, secara terukur, jadi saat belum tercapai maka punya bahan untuk melakukan evaluasi, kekecewaan tidak menjadi rasa yang utama," katanya.
Purwokerto (ANTARA) - Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah cabang Barlingmascakeb Ketty Murtini mengingatkan bahwa resolusi tahun baru harus dibuat secara terukur guna meminimalisir rasa kecewa jika tidak berjalan sesuai rencana.

"Resolusi tahun baru harus dibuat secara terukur, selain itu resolusi juga harus disertai perencanaan yang jelas tujuannya untuk meminimalisir rasa kecewa dan mencegah gangguan psikologis," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Dia menjelaskan bahwa setiap awal tahun seseorang bisanya membuat resolusi, harapan, serta doa-doa mengenai apa saja hal yang ingin dicapai atau ingin terwujud.

"Secara psikologi ini sebenarnya memang perlu dibuat oleh individu agar dirinya memiliki semangat dan daya juang untuk mencapainya, namun resolusi ini juga harus disertai dengan perencanaan yang jelas mengenai apa saja langkah yang akan ditempuh setiap tahapan dan jalan mana yang dipilih untuk mencapainya atau juga administrasi apa yang harus di persiapkan," katanya.

Dengan adanya resolusi yang terukur, kata dia, maka akan dapat disesuaikan dengan kondisi dan juga kemampuan yang ada.

"Jadi kuncinya ada di perencanaan yang matang, tahap-tahap yang mau dicapai juga perlu dipikirkan, secara terukur, jadi saat belum tercapai maka punya bahan untuk melakukan evaluasi, kekecewaan tidak menjadi rasa yang utama," katanya.

Selain itu, kata dia, seorang individu juga perlu mengevaluasi apakah resolusi yang pernah dibuat pada tahun-tahun sebelumnya sudah tercapai.

"Jika belum, maka secara psikologis juga ini hal yang wajar. Namun perlu dievaluasi penyebabnya. Dari sejumlah hal yang tidak tercapai tentu ada hal-hal kecil yang sudah tercapai. Di sinilah peran evaluasi dan perencanaan, agar individu tidak bingung dan lebih gamblang memahami dirinya," katanya.

Selain itu, dia juga mengatakan, rasa kecewa dan kesedihan yang berlarut-larut bisa menimbulkan gangguan psikologis sehingga diharapkan resolusi yang terukur dan dengan perencanaan matang bisa menghindari terjadinya permasalahan mental di kemudian hari.