BMKG minta nelayan waspadai potensi cuaca ekstrem jelang peralihan musim

id Berita hari ini,erita riau terbaru, berita riau antara,nelayan

BMKG minta nelayan waspadai potensi cuaca ekstrem jelang peralihan musim

Awan pekat menyelimuti langit Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (4/6/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini agar masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem, hujan dengan intensitas lebat disertai petir dan angin kencang serta gelombang tinggi di 11 provinsi di Indonesia termasuk Aceh. (ANTARA FOTO/Rahmad/aww.)

Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta nelayan di sepanjang pesisir selatan Jawa untuk mewaspadai potensi perubahan cuaca ekstrem jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

"Pada musim peralihan, gelombang tinggi, badai, angin kencang, atau cuaca buruk dapat sewaktu-waktu terjadi.

Ketinggian gelombang bisa mencapai kisaran 4 - 6 meter,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan dengan intensitas lebih besar dari biasanya. Diantaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

Baca juga: Pemerintah Indonesia diminta dorong para nelayan eksploitasi ZEE Natuna Utara

Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Saat membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan di Kebupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa (21/9) Dwikorita menyatakan berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina dengan kategori lemah hingga moderat menjelang akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.

Baca juga: KKP ingin pastikan alat tangkap ikan nelayan sesuai dengan ketentuan

Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.

“Jika La Nina terjadi, maka akan berdampak pada peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga berdampak pada risiko terjadinya bencana hidrometeorologi,” imbuhnya.

Dwikorita menuturkan, perubahan cuaca ekstrem jelang masa peralihan sangat mempengaruhi keselamatan pelayaran perahu nelayan saat tengah mencari ikan.

Baca juga: Kepala Staf Presiden Moeldoko tegaskan nelayan harus jadi tuan di negeri sendiri

Maka dari itu, BMKG mengimbau kepada nelayan untuk terus mengupdate informasi cuaca sebelum memutuskan untuk berlayar.

Selain membaca tanda-tanda alam seperti kemunculan awan Cumulonimbus yang berbentuk seperti bunga kol bergulung-gulung, lanjut dia, nelayan perlu juga mengakses informasi cuaca real time yang dikeluarkan pemerintah melalui BMKG.

Baca juga: Satu ABK tewas dalam kebakaran kapal nelayan di Perairan Pulau Berhala Sumut

“Informasi dari BMKG tersebut dijadikan pijakan keputusan, apakah akan melaut atau tidak. Kapan harus berlayar, dan kapan harus menunggu. Waktu menunggu bisa dimanfaatkan untuk perbaikan kapal atau jaring,” ujar dia.

Sementara itu, Dwkiorita menjelaskan SLCN di Gunung Kidul ini bertujuan memberikan pemahaman terkait pemanfaatan informasi cuaca dan iklim secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan.

Baca juga: Mayat tanpa kepala ditemukan di Perairan Aceh

Harapannya, kata dia, tidak sekadar meningkatkan keselamatan nelayan saat melaut, namun juga meningkatkan tangkapan nelayan saat mencari ikan. Mengingat, selama beberapa tahun terakhir ini, situasi iklim dan cuaca sangat beragam dan dinamis.

“Lewat SLCN ini, saya berharap BMKG dapat berkotribusi terhadap sektor perikanan tangkap dan tentu saja muaranya pada kesejahteraan para nelayan di Indonesia,” tuturnya.

Hadir dalam kegiatan SLCN tersebut, Bupati Gunung Kidul Sunaryanta, Anggota DPR RI Komisi V, dan Puluhan Nelayan dari sejumlah wilayah di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Baca juga: Aplikasi Laut Nusantara kini bisa bantu nelayan deteksi lokasi ikan tuna