Apindo yakin penggunaan LCS dengan China akan untungkan pelaku usaha

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,UMKM

Apindo yakin penggunaan LCS dengan China akan untungkan pelaku usaha

Logo Apindo (Foto Antaranews.com)

Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meyakini implementasi mata uang lokal dengan China atau Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dan China akan menguntungkan pelaku usaha.

"Dunia usaha antusias dan mendorong implementasi LCS Indonesia China yang diyakini akan menguntungkan pelaku usaha," kata Ketua Bidang Perdagangan Apindo, Benny Soetrisno dalam diskusi daring BPPP Kemendag, Kamis.

Baca juga: Ketua Apindo sebut pemerintah perlu mendesain stimulus produktif bagi dunia usaha

Benny menyampaikan bahwa sejak 2 tahun terakhir, pihaknya menjalin serangkaian pertukaran gagasan dengan Bank Indonesia perbankan di Indonesia dan pelaku usaha untuk mendorong LCS Indonesia China.

Apindo juga berharap Bank Indonesia memberikan sejumlah fasilitas swap Chinese Yuan dan Rupiah melalui direct maupun lelang, kemudian memasang harga komparatif swap Chinese Yuan/Rupiah pada berbagai tenor, dan mendirikan sistem kliring Chinese Yuan di Indonesia sebagai infrastruktur untuk menciptakan likuiditas.

Baca juga: Pemkab Bengkalis Minta Apindo Ciptakan Iklim Usaha Sehat

"Serta mendorong bank untuk menggunakan direct settlement untuk mengurangi depedensi terhadap dolar AS," ujar Benny.

Apindo, lanjutnya, senantiasa mendorong anggotanya menggunakan Chinese Yuan sebagai mata uang utama transaksi perdagangan internasional antara Indonesia dan China. Kemudian, mensyaratkan mitra perdagangan dari China untuk menggunakan Chinese Yuan dalam quotation perdagangan, mempromosikan penggunaan Chinese Yuan dalam perdagangan internasional, serta menginformasikan daftar nama perusahaan yang memiliki hubungan perdagangan dengan China kepada bank-bank tertentu secara periodik

Baca juga: Apindo Riau Nilai Regulasi KLH Berdampak Negatif Pada Ekonomi Setempat

Sedangkan tantangan yang harus dihadapi terkait implementasi LCS Indonesia China menurut Apindo adalah mayoritas pelaku ekspor ke China adalah perusahaan komoditas CPO dan batubara serta kertas yang mana harganya masih dalam dolar AS, sehingga minat menggunakan LCS rendah.

Dari sisi impor, sebagian besar importir Indonesia adalah importir manufaktur dan teknologi dimana produksi di China banyak menggunakan komponen impor dengan kuotasi pricing dalam dolar AS.

"Insentif perpajakan bagi eksportir China yang menerima proceed dalam dolar AS tax refund lebih cepat namun berdasarkan informasi dari bank kebijakan tax refund telah direlaksasi atau terdapat potensi," ungkapnya.

Senada dengan Benny, Corporate Marketing Director Bank of China Jakarta Handojo Wibawanto menilai pelaksanaan LCS terhadap transaksi perdagangan memiliki dampak positif dan berharap LCS dapat meningkatkan kerjasama perdagangan dan ekonomi kedua negara. Ia menyampaikan bahwa pihaknya siap bekerja sama dengan pengusaha maupun perbankan untuk memastikan kelancaran LCS.

Baca juga: APINDO: Revisi Gambut Jangan Sampai Demotivasi Usaha

"Pengusaha Indonesia akan memiliki keuntungan dalam akses ke pasar China menimbang pembayaran dapat dilakukan dalam mata uang masing-masing. Selain itu LCS juga dapat memitigasi resiko fluktuasi mata uang serta ketergantungan pada mata uang dolar AS sebagai alat pembayaran utama," ujarnya.

Adapun China volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan China pada 2020 naik 16 kali dibandingkan tahun 2000. Pada 2020, total ekspor Indonesia ke China mencapai 37,4 miliar dolar AS atau 18 persen dari total ekspor Indonesia. Sedangkan total impor mencapai 39,7 miliar dolar atau 28 persen dari total impor Indonesia di 2020. Begitu juga dari sisi investasi yang pada 2019 mencapai 4,7 miliar dolar AS.

Baca juga: APINDO: Pencabutan Izin Usaha Kehutanan Ganggu Investasi