Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung lahirnya berbagai inovasi dan teknologi untuk mewujudkan ekonomi sirkular atau ekonomi hijau demi pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
"Kita tidak bisa hanya memakai teknologi yang eksis teknologi yang memang didedikasikan hanya untuk menghilangkan dampaknya kita harus kemudian mendorong inovasi agar penerapan ekonomi sirkular ini benar-benar bisa tidak hanya menghilangkan sampahnya tapi juga memberi manfaat kepada masyarakat," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam seminar virtual Inovasi Ekonomi Sirkular dan Produk Inovasi Biokonversi, Jakarta, Jumat.
Baca juga: Riau fokus kembangkan lima subsektor ekonomi kreatif, apa saja?
Menristek menuturkan pemanfaatan inovasi dan teknologi dapat menjawab masalah bangsa untuk memberikan alternatif terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi, diantaranya terkait pengolahan limbah atau sampah yakni mengubah sampah atau limbah menjadi energi, atau limbah menjadi bentuk lain seperti pupuk organik hayati cair atau biokonversi sebagaimana yang dikembangkan dan dihasilkan PT Bio Konversi Indonesia.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Kemristek/Sekretaris Utama BRIN Mego Pinandito menuturkan diperlukan adanya satu gerakan untuk mendorong kegiatan riset dan inovasi dalam konteks pengembangan teknologi sehingga ekonomi sirkular dan manfaatnya dapat direalisasikan di Indonesia.
"Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional sangat mendukung kegiatan riset dan inovasi ekonomi sirkular yang melahirkan alternatif kebutuhan masyarakat Indonesia yang tentunya saat ini sudah dan terus akan kita lanjutkan," kata Mego.
Menurut Mego, pengolahan sampah bisa dikategorikan sebagai ekonomi sirkular yaitu proses produksi yang tidak pernah berhenti dan mengupayakan seluruh sampah itu berubah menjadi satu bentuk lain.
Mego menuturkan penggunaan pupuk kimia sampai saat ini mungkin cenderung berlebih, sehingga bisa mulai dikombinasikan dengan pupuk organik hayati yang dihasilkan dari sampah.
Menurut Mego, penggunaan pupuk organik hayati ternyata berperan besar untuk ketahanan pangan dengan menghasilkan tanaman yang subur dan sumber makanan bergizi, yang nantinya diharapkan dapat berkontribusi di dalam konteks penanggulangan masalah yang lebih besar misalnya masalah kekerdilan (stunting) atau kekurangan gizi kronis.
Baca juga: Ketua Umum IDI sebut stabilitas ekonomi dan pembatasan ruang gerak ibarat simalakama
Baca juga: Kain sarung antara simbol perlawanan kaum santri dan ekonomi kreatif
Pewarta: Martha Herlinawati S
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB