Pekanbaru (ANTARA) - Anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau Kasir menyoroti tingginya kasus stunting yang dialami balita di sebelas kabupaten/kota di Riau, dimana hanya Kabupaten Kampar yang bebas dari penderita gagal tumbuh tersebut.
Kasir yang ditemui di PEkanbaru, Jumat, mengatakan sosialisasi dan edukasi tentang stunting di Riau sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan namun banyak masyarakat terkendala karena jauhnya akses kesehatan, khususnya yang bertempat tinggal di wilayah pesisir.
"Kendalanya itu karena banyak masyakarat atau ibu-ibu hamil yang tidak mau atau karena jauh dari puskesmassehingga malasmengecek kandungan mereka. Padahal ini layanannya gratis loh," ujar Kasir yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi PPP, Nasdem, Hanura DPRD Riau itu.
Kasir menjelaskan stunting merupakan pertumbuhan anak tidak dalam kondisi semestinya alias kerdil akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kognitif yang tidak berkembang.
"Stunting ini kan tinggi di desa-desa terpencil. Kalau di Kota Pekanbaru memang masih ada, tapi angkanya sudah tinggal sedikit," ucapnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong peran organisasi perempuan untuk gencar memberikan pemahaman kepada ibu-ibu hamil tentang bagaimana harus memenuhi asupan gizi.
"Di Kampar itu katanya bagus, karena ibu PKK-nya bergerak. Jadi peran perempuan sangat diperlukan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil dan mencukupi nutrisi," ujarnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat periode Januari-Oktober 2019penderita stuntingdi daerah itu mencapai 28.171 balita.
Penanggulangan dan pencegahan stunting menjadi sangat penting karena akan berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dan penghambat pembangunan manusia Indonesia.
Baca juga: Anak susah makan agar diberi perhatian khusus supaya terhindar stunting
Baca juga: Kampar cegah stunting dengan "3P"