Satelit BKMG Deteksi Empat Titik Panas Di Wilayah Aceh

id satelit bkmg, deteksi empat, titik panas, di wilayah aceh

Satelit BKMG Deteksi Empat Titik Panas Di Wilayah Aceh

Ilustrasi

Banda Aceh, (Antarariau.com) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang di Aceh menyatakan, satelit menemukan empat titik panas akhir pekan ini di wilayah Aceh.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad, di Aceh Besar, Ahad, mengatakan, keempat titik panas ini tersebar di tiga kabupaten/kota di provinsi paling Utara di Sumatera.

"Ya, ada. Pagi ini terpantau oleh satelit, empat titik panas di Aceh. Empat titik panas ini ada di Subulussalam dua titik, Aceh Besar, dan Aceh Tenggara masing-masing satu titik," terangnya.

Ia merinci, dua titik panas di Subulussalam terkosentrasi di satu kecamatan, yakni Sultan Daulat dengan tingkat kepercayaan mendekati patut diduga sebagai titik api kebakaran hutan dan lahan.

Sedangkan titik panas di Aceh Besar berada di Kecamatan Kotalue Cot Glie dengan tingkat kepercayaan mendekati patut di duga titik api, dan Aceh Tenggara di Kecamatan Lawe Alas dengan tingkat kepercayaan masih rendah.

"Dari titik koordinat keberadaan empat titik panas ini, merupakan titik yang terdeteksi kemarin (Sabtu, 1/9) sore. Atau istilahnya bertahan dalam sehari terakhir ," kata dia.

"Kami tetap ingatkan, bahwa di Aceh saat ini masih puncak musim kemarau. Pemangku kepentingan di daerah agar tetap tingkatkan kewaspadaan, terutama bahaya kebakaran hutan dan lahan," tegas Zakaria.

Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.

"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.

KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha pada 2017.

"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.