Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Riau-Kepulauan Riau menargetkan menyerap 5.000 ton padi produk pertanian setempat pada tahun 2018.
"Kami optimistis mampu mencapai serapan 5.000 ton padi petani di Riau dan Kepulauan Riau tahun ini," kata Kepala Bulog Divre Riau-Kepri Awaluddin Iqbal, di Pekanbaru, Kamis.
Awaluddin menjelaskan tujuan penyerapan padi petani ini untuk memberikan daya jual yang bagus bagi produk pertanian pangan di Riau-Kepri, sehingga masyarakat memperoleh pendapatan yang sepantasnya dengan nilai yang ditetapkan pemerintah dan tidak dikuasai oleh tengkulak.
Diakuinya, target tahun ini lebih besar ketimbang tahun lalu hanya 4.300 ton, serta jauh lebih lagi dibandingkan 2015 dan 2016 hanya ada 1.000 ton dalam setahun.
Sementara ini, produksi pertanian setempat jauh melebihi hal itu.
"Tahun kemarin kami bisa serap 4.300 ton (tertinggi selama 10 tahun terakhir, Red)," ujarnya pula.
Awaludin mengatakan keberhasilan pihaknya mendongkrak penyerapan beras setempat didorong oleh beberapa hal, di antaranya penerapan skema berbeda oleh pemerintah terhadap kebijakan penyerapan beras petani melalui Bulog.
Menurut dia, sebelum 2017 Bulog hanya dibolehkan menyerap beras untuk kebutuhan program public service obligation (PSO) atau program penugasan pemerintah kepada Bulog.
Tetapi mulai 2017, Bulog boleh menyerap beras masyarakat untuk pasar komersial atau murni bisnis.
"Jadi beras yang kami serap bisa langsung kami jual dan harga penyerapan itu di atas acuan penetapan pemerintah, disesuaikan dengan kondisi pasar juga," ujarnya pula.
Berbicara daerah penyerapan di Riau-Kepri, menurut Awaluddin, tertinggi pada tahun lalu berasal dari Siak dan Bengkalis.
"Daerah ini yang memang menjadi sentra produksi beras di Provinsi Riau. Lalu, disusul wilayah Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan," katanya.
"Selain dua daerah itu, Bulog juga menyerap dari wilayah lain yang punya potensi produksi padi juga, seperti Rokan Hilir," ujarnya.
Pada wilayah Kuala Kampar, Bulog mengakui masih menghadapi tantangan masih minim akses jalan dan infrastruktur pendukung.
"Makanya untuk beras dari Kuala Kampar itu, kami keluarkan biaya angkut sampai Rp1.000 per kilogram karena memang medannya sulit dan jauh, kualitasnya bagus semiorganik," katanya lagi.***3***
Budisantoso Budiman