Iran kutuk keras pelanggaran berulang Israel terhadap gencatan senjata di Gaza

id Gaza, Palestina

Iran kutuk keras pelanggaran berulang Israel terhadap gencatan senjata di Gaza

Warga Palestina berjalan melewati reruntuhan bangunan setelah kembali ke Khan Younis, di Jalur Gaza selatan pada 12 Oktober 2025. (ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.)

Teheran (ANTARA) - Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei pada Sabtu (18/10) mengecam keras Israel atas pelanggaran berulang terhadap gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza.

Dalam pernyataannya, Baghaei secara khusus mengecam serangan Israel pada Jumat (17/10) malam waktu setempat terhadap sebuah bus yang mengangkut satu keluarga Palestina dalam perjalanan pulang mereka ke Gaza utara, yang menewaskan 11 orang, termasuk tujuh anak-anak dan dua perempuan serta penolakan Israel untuk membuka kembali perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir.

Baca juga: Hamas Kecam Israel: Penutupan Perbatasan Rafah Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata

Baghaei menyoroti rekam jejak Israel yang kerap mengingkari janji-janjinya dan melanggar berbagai kesepakatan gencatan senjata, seraya mengingatkan negara-negara penjamin kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yakni Amerika Serikat (AS), Mesir, Turki, dan Qatar agar menjalankan tanggung jawab mereka terkait hal tersebut.

Ia juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan efektif guna menekan Israel agar menghentikan kejahatan-kejahatan Israel di Gaza, menarik pasukannya dari wilayah tersebut serta memastikan warga Gaza mendapatkan akses terhadap makanan serta kebutuhan dasar lainnya.

Perang antara Israel dan Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 setelah serangan mendadak oleh pasukan Hamas di Israel selatan, yang mengakibatkan 1.200 orang tewas dan 251 orang disandera. Serangan balasan Israel di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 67.000 orang dan melukai sekitar 170.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, Turkiye, dan AS mulai berlaku pada 10 Oktober. Pada fase pertama, kesepakatan tersebut mencakup pertukaran tahanan dan sandera, masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza serta penarikan sebagian pasukan Israel.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Israel telah menerima semua 20 sandera yang masih hidup dan 10 dari 28 jenazah yang harus dikembalikan oleh Hamas.

Baca juga: Israel Serahkan 15 Jenazah Warga Palestina ke Kementerian Gaza

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan agar perlintasan Rafah tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, menurut pernyataan yang dikeluarkan kantornya pada Sabtu, seraya menambahkan bahwa "pembukaan kembali perlintasan tersebut akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya dalam pengembalian jenazah para sandera dan pelaksanaan kerangka kerja yang telah disepakati."

Kendati gencatan senjata telah berlaku, pasukan Israel masih melancarkan serangan terhadap warga Palestina dalam beberapa hari terakhir, yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.