Pekanbaru Lakukan Ekspor Perdana Tanaman Hias
Pekanbaru, 26/1 (ANTARA) - Kota Pekanbaru, yang dikenal sebagai ibu kota Riau penghasil minyak dan gas serta perkebunan, melakukan ekspor perdana tanaman hias jenis Palem Beregu (Raphis Excelsa) ke Belanda. Ekspor perdana tanaman hias itu dilakukan langsung oleh Direktur Jendral Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati dan didampingi Wali Kota Pekanbaru Herman Abdullah, serta para pejabat lain di Pekanbaru, Selasa. Sebanyak 800 pohon Raphis Excelsa yang berada dalam polybag dilepas menggunakan dua mobil boks menuju Pelabuhan Belawan, Sumut, sebagai pintu gerbang ke luar negeri dengan nama perusahaan pengekspor PT Riau Agro Gemilang. "Sebanyak 800 Raphis Excelsa itu berasal dari Pekanbaru sebanyak 500 batang dan Sumatera Barat 300 batang," ujar Kepala Dinas Pertanian Pekanbaru, Sentot Prayitno, dalam laporannya. Dia menjelaskan, tanaman hias itu mulai dikembangkan oleh para petani sejak Agustus 2008 dengan dana yang bersumber dari APBN sebesar Rp120 juta untuk penyediaan 35.500 lebih polybag bibit Raphis Exelsa. Setengah tahun kemudian bibit itu dikembangkan menjadi 76.116 polybag oleh sejumlah kelompok tani di Pekanbaru seperti Palem Garden, Riau Agro Mandiri, Palem Negeri Bertuah, Lembaga Mandiri Mengakar dan Yayasan Al Anshor. "Pengembangan tanaman hias ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dunia terutama Eropa yang sangat menggemarinya di waktu musim dingin," jelasnya. Besarnya peluang ekspor tanaman hias itu membuat Pemerintah Provinsi Riau mengambil kebijakan sinkronisasi dengan daerah lain untuk memperluas seperti di Pekanbaru dari enam hektar ditambah menjadi lima hektar lagi pada 2010 dan penyediaan lahan lima hektare di Kabupaten Kampar. Di lokasi yang sama, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati, menyatakan, pemerintah pusat mendukung sepenuhnya dengan kebijakan pemerintah kota dan provinsi dengan pengembangan tanaman hias berorientasi ekspor itu. Ia menjelaskan, permintaan pasar dunia terhadap tanaman hias hingga kini masih tinggi dan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil tanaman hias tropis baru bisa memenuhi sekitar 15 persen. Kendala yang dihadapi yakni untuk pemenuhan ekspor tanaman hias itu para eskportir masih mengandalkan pasokan dari individu masyarakat bukan dari budidaya sendiri sehingga mengancam kelanjutan kegiatan itu sendiri. "Maka dari itu kami mendorong pemerintah lokal untuk menghadirkan para investor tanaman hias agar ekspor yang dilakukan berkelanjutan," ujarnya.