Singapura (Antarariau.com) - Harga minyak dunia pada Senin turun sampai titik terendah sejak 2003, saat pasar mengantisipasi menlonjaknya ekspor Iran yang baru saja memperoleh pencabutan sanksi pada akhir pekan lalu.
Pada Sabtu lalu, Badan Pengawas Nuklir PBB (IAEA) menyatakan bahwa Teheran telah memenuhi komitmen untuk membatasi program nuklirnya. Pada saat yang hampir bersamaan, Amerika Serikat mencabut sanksi yang berhasil mengurangi ekspor minyak Iran sekitar dua juta barel per hari menjadi hanya sekitar satu juta barel sejak 2011.
Lalu pada Minggu, Iran--yang juga merupakan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC)--menyatakan siap meningkatkan ekspor minyak sampai 500.000 barel per hari.
"Peningkatan ekspor Iran ini muncul pada saat yang tidak tepat," kata sejumlah analis dari Barclays.
Saat ini, surplus berlebihan sekitar satu juta barel per hari telah membuat harga minyak dunia turun sekitar 75 persen sejak pertengahan 2014 dan lebih dari 25 persen sejak awal 2016.
Kekhawatiran akan melonjaknya ekspor Iran di tengah kelebihan suplai itu, membuat harga minyak berklasifikasi Brant turun menjadi 27,67 dolar AS per barel pada Minggu, atau yang terendah sejak 2002 lalu.
Sementara itu, harga minyak mentah Amerika Serikat juga turun sampai 38 persen menjadi 29,04 per barel pada awal sesi pembukaan atau tidak jauh dari harga terendah tahun 2003, yaitu 28,36 dolar AS.
Meskipun demikian, sejumlah pelaku perdagangan minyak dan analis menyebut jatuhnya harga tersebut sebagai reaksi sesaat. Mereka berpendapat bahwa ambisi Iran untuk meningkatkan ekspor sampai 500.000 barel per hari adalah hal yang tidak realistis.
"Jika kita menelisik retorika Iran sepanjang 12-18 bulan terakhir, para pejabat di negara itu menargetkan peningkatkan ekspor sampai satu juta barel per hari segera setelah pencabutan sanksi," kata analis dari lembaga Energy Aspects, Virendra Shauhan.
Menurut dia, turunnya jumlah target tersebut (dari satu juta menjadi 500.000 barel per hari) menunjukkan adanya sejumlah hambatan di sektor hulu migas Iran dan juga kapasitas pasar untuk menyerapnya.
Sejumlah analis lain memperkirakan bahwa Iran membutuhkan waktu untuk memperbaiki infrastruktur ekspor yang terabaikan sepanjang lima tahun masa sanksi.
Tetapi di sisi lain, Iran masih mempunyai setidaknya satu lusin kapal pengangkut minyak berukuran sangat besar yang telah terisi dan siap dijual ke pasar. Akibatnya, sejumlah pelaku perdagangan minyak memperkirakan bahwa harga akan terus turun.
Data menunjukkan bahwa jumlah posisi jual untuk pasar minyak mentah Amerika Serikat--yang akan menangguk untung jika harga terus turun--telah mencapai rekor tertinggi.
"Mengingat kondisi pasar yang didominasi oleh posisi jual", maka harga minyak mungkin akan terus turun dalam waktu dekat ini sementara "investor akan berhati-hati untuk mengantisipasi jatuhnya harga", kata Chauhan, demikian Reuters.