Mantan Kasal Kent Sondakh Luncurkan Biografi

id mantan kasal, kent sondakh, luncurkan biografi

Mantan Kasal Kent Sondakh Luncurkan Biografi

Jakarta, (Antarariau.com) - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (TNI-AL) Laksamana TNI Purnawirawan Bernard Kent Sondakh di Jakarta, Minggu meluncurkan buku biografi.

"Patroli bersama TNI-AL dengan Singapura dan Malaysia adalah pemikiran murni Laksamana Kent Sondakh," kata mantan Panglima TNI Jenderal TNI Purnawirawan Endriartono Sutarto pada peluncuran buku "Gagasan, Tindakan dan Harapan Bernard Kent Sondakh".

Kent Sondakh yang memimpin TNI-AL mulai April 2002 hingga Februari 2005 melontarkan ide patroli bersama tiga negara itu terutama antara lain karena pada saat itu Gerakan Aceh Merdeka atau GAM masih beroperasi.

Menurut Endriartono, patroli terkoordinasikan itu harus dilakukan agar Amerika Serikat tidak berada di sekitar perairan Indonesia karena ada negara tertentu yang mengusulkan agar AS menempatkan kapalnya di sekitar Indonesia,. Ketika Kent Sondakh menjadi Kasal, Panglima TNI dijabat Endriartono.

Acara peluncuran buku hasil penulisan Kent Sondakh bersama Carmelia Sukmawati ini dihadiri sejumlah perwira TNI-AL, mantan Menteri Agama Malik Fadjar dan juga aktor terkemuka Roy Marten.

Sementara itu, Kent Sondakh mengatakan bahwa TNI -AL harus terus menambah armadanya termasuk kapal selam karena laut Indonesia yang begitu luas akan menghadapi berbagai ancaman di masa mendatang.

PT PAL yang berada di Surabaya, Jawa Timur harus ditingkatkan kemampuannya agar mampu memproduksi kapal-kapal termasuk. kapal selam.

"Pada awal tahun 2002, Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut terbesar di Asia Tenggara mengusung konsepsi kekuatan angkatan Laut Kecil, Efektif dan Efisien," kata Kent Sondakh.

Sementara itu, ketika ditanya wartawan tentang terbentuknya kantor Menteri Kemaritiman yang dipimpin Indroyono Susilo, kemudian Kent menyatakan agar yang disorot jangan hanya masalah pencurian ikan atau illegal fishing tapi juga berbagai masalah pelik lainnya mulai dari peningkatan kemampuan pelabuhan-pelabuhan terutama yang besar di Tanah Air.

"Di Tanjung Priok, Jakarta, puluhan kapal haru menunggu berhari-hari untuk lego jangkar," katanya.

Ia juga menyatakan saat ini masih terdapat belasan instansi pemerintah yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap pengamanan wilayah laut di Tanah Air mulai dari TNI-AL, Polri hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan dan masing-masing instansi itu merasa paling berkepentingan.

"Akibatnya sering terjadi tumpang tindih. Bisa saja 12 instansi itu ada di satu tempat secara bersamaan dan sebaliknya kemudian di laut lain, tidak ada satu instansi pun yang hadir," katanya.

Buku ini terdiri atas, kata pengantar, pendahuluan, Bagian I yang diberi nama "Ramalan dan Mimpi", kemudian BabII 2 berjudul "Butir-Butir Impian serta Bagian III bertema" Kenangan Seribu Pengalaman"

Pada bagian berjudul Realitas TNI Angkatan Laut dan Awal Abad XXI, mantan KSAL ini mengingatkan bahwa Indonesia minimal seharusnya memiliki 300 kepal perang atau KRI sedangkan pada tahun 2002 hanya terdapat 115 KRI yang 39 unit di antaranya telah berusia 30 tahun bahkan ada yang umurnya sudah 60 tahun.

"Yang lebih memprihatinkan dari 115 KRI hanya 72 KRI yang dapat beroperasi dengan baik," kata Laksamana TNI Purnawirawan ini.