Pekanbaru (ANTARA) - Provinsi Riau menorehkan prestasi membanggakan pada Triwulan II-2025 dengan mencatat realisasi investasi sebesar Rp12,67 triliun pada Triwulan II 2025.
"Capaian ini menempatkan Riau pada peringkat ke-11 secara nasional dan peringkat ke-2 di Pulau Sumatera, menjadikannya salah satu magnet utama bagi para penanam modal di Indonesia," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, Asep Riyadi, Jumat (15/8/2025).
Ia mengatakan bahwa tingginya angka investasi tersebut telah memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian daerah. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Riau pada periode yang sama tercatat sebesar 4,59 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Tren investasi ini menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap potensi Riau, khususnya di sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi,” ujarnya.
Asep menjelaskan, peningkatan investasi tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang mencapai 2,47 persen secara tahunan.
"PMTB, yang merepresentasikan aktivitas investasi fisik, mengalami lonjakan seiring meningkatnya pengadaan semen, impor pupuk dari luar negeri, serta perbaikan indeks nilai konstruksi dibanding periode sebelumnya," sebutnya.
Menurutnya, hal ini menjadi indikasi bahwa modal yang masuk benar-benar diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrastruktur dan kapasitas produksi.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan 4,38 persen pada triwulan ini.
Pertumbuhan tersebut, kata Asep, didukung oleh berjalannya program Makan Bergizi Gratis (MBG) serta meningkatnya pasokan pupuk yang berdampak pada produksi padi, hasil peternakan, dan perikanan.
“Dengan lahan yang luas dan sumber daya alam yang melimpah, sektor ini bukan hanya menjamin ketahanan pangan, tetapi juga berpeluang besar untuk memperluas pasar ekspor,” tuturnya.
Di sisi lain, sektor industri pengolahan tumbuh 2,36 persen, terutama berkat meningkatnya produksi kelapa sawit, minyak mentah kelapa sawit (CPO), dan produk turunannya.
Asep menilai potensi hilirisasi di sektor ini sangat besar, mulai dari pengembangan industri oleokimia, biodiesel, hingga produk makanan dan minuman berbasis bahan baku lokal.
“Investasi di sektor ini mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi, sekaligus menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,” jelasnya.
Sementara itu, sektor konstruksi juga mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 4,55 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pengadaan semen dan material bangunan, serta realisasi proyek-proyek strategis seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan kawasan industri.
Menurut Asep, pembangunan infrastruktur yang masif menjadi salah satu alasan investor semakin melirik Riau sebagai basis produksi dan distribusi.
“Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah arus barang dan jasa, sehingga menciptakan iklim usaha yang lebih kompetitif,” ucapnya.
Meski demikian, Asep mengakui bahwa masih terdapat tantangan yang harus dihadapi. Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 7,41 persen pada triwulan ini, sementara sektor pertambangan tertekan dengan penurunan produksi minyak mentah dan batubara sebesar 0,10 persen.
“Kondisi ini menjadi pengingat bahwa diversifikasi ekonomi mutlak diperlukan agar Riau tidak terlalu bergantung pada komoditas tertentu,” tegasnya.
Ia menambahkan, untuk menjaga momentum pertumbuhan, pemerintah daerah perlu mempercepat proses perizinan, memberikan insentif bagi pelaku usaha, dan memastikan realisasi proyek strategis berjalan sesuai rencana.
“Momentum ini harus dijaga. Jika pemerintah, pelaku usaha, dan investor bisa bersinergi, pertumbuhan ekonomi Riau akan semakin merata dan berkelanjutan di masa depan,” kata Asep.
"Dengan posisi geografis yang strategis di jalur perdagangan internasional, kekayaan sumber daya alam yang melimpah, serta pembangunan infrastruktur yang terus berkembang, Riau diproyeksikan tetap menjadi salah satu destinasi investasi paling menjanjikan di Indonesia untuk beberapa tahun mendatang," tukasnya.