Para penyintas kenang momen terkelam saat musibah banjir menerpa Libya

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, banjir,Banjir libya, libya banjir, banjir bandang libya

Para penyintas kenang momen terkelam saat musibah banjir menerpa Libya

Foto yang diambil pada 11 September 2023 memperlihatkan sebuah kawasan permukiman yang terkena dampak banjir di Derna, Libya. (ANTARA/Xinhua)

Tripoli (ANTARA) - Sudah lima hari berlalu sejak banjir melanda, waktu yang hampir mustahil untuk menemukan lebih banyak korban selamat. Meed Abdul-Qaser (40), warga yang berhasil selamat dengan ajaib di Derna, wilayah terdampak paling parah di Libya, mengenang kembali saat-saat paling kelam dalam mimpi buruk itu.

"Keluarga saya dikelilingi oleh air. Saya kehilangan kontak dengan mereka. Saya berada di bagian atas tangga rumah sebelum akhirnya bisa keluar dan menyelamatkan diri," kata Abdul-Qaser kepada Xinhua.

Abdul-Qaser bertutur banjir mulai merendam wilayah itu pada Minggu (10/9) pukul 03.00 waktu setempat (08.00 WIB), menghantam dinding luar rumahnya dengan kuat setelah dua bendungan jebol dan air menyapu semua benda yang ada di sekelilingnya dan menenggelamkan bangunan.

Banjir mematikan tersebut, yang dipicu oleh badai Mediterania Daniel, telah merenggut sedikitnya 5.500 nyawa dan menyebabkan lebih dari 7.000 orang luka-luka, kata Osama Ali, juru bicara Departemen Kedaruratan Kementerian Kesehatan Libya, kepada Xinhua pada Rabu (13/9). Ali menambahkan bahwa lebih dari 10.000 orang masih dinyatakan hilang dalam bencana banjir itu, dengan sebagian besar di antaranya tercatat di Derna.

Ali mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas kemungkinan besar akan terus bertambah seiring tim penyelamat melanjutkan upaya untuk mencari jenazah korban.

Menurut koresponden Xinhua di Derna, banjir tersebut menghancurkan lebih dari seperempat bagian kota. Di daerah pusat kota yang padat penduduk, bangunan-bangunan terendam atau bahkan sepenuhnya tergusur dari lokasi aslinya.

Nizar Al-Hunaid, seorang aktor dari Derna, mengatakan dirinya mengalami penderitaan fisik sekaligus emosional yang luar biasa karena kehilangan istri dan dua anaknya dalam bencana banjir itu.

"Saat bendungan itu meledak, air mengguyur atap tempat saya berada. Dalam sekejap, saya kehilangan keluarga saya dan mendapati diri berada di atap sebuah rumah yang berjarak empat jalan dari rumah saya. Di sebelah saya, ada warga Mesir dan seorang anak yang selamat berkat sebagian potongan mesin penyejuk ruangan, wajah mereka tampak sangat terguncang," ujar Al-Hunaid.

"Dalam hitungan detik, bencana tersebut menghancurkan segalanya," imbuhnya.

Khalil Bushiha (30), seorang penduduk Derna, menggambarkan situasi di kota itu sebagai malapetaka.

"Saya tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi. Saya dan keluarga saya entah bagaimana berhasil selamat di rumah tiga lantai kami, yang benar-benar terendam air sebelum kami bisa melarikan diri," kata Bushiha, yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit, kepada Xinhua.

"Air mulai menenggelamkan rumah. Saya dan ibu saya keluar ke jalan dan para tetangga berteriak-teriak. Kemudian, banjir menyeret kami ke sebuah rumah kosong yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah kami. Saya menggendong ibu saya, yang memang ada masalah pada kakinya, ke lantai empat hingga air surut," kenang Bushiha.

"Saya meninggalkannya di tempat itu dan kembali saat air sudah mencapai pundak saya. Saya melewati jenazah seorang anak dan meletakkannya di atas mobil di dekatnya. Saya pergi ke rumah tetangga kami satu-satunya dan menemukan tubuhnya sudah mengambang di air," ujarnya.

"Sungguh sebuah keajaiban bahwa saya dan keluarga saya selamat, tetapi kami kehilangan banyak anggota keluarga dan teman. Kami meminta semua orang untuk bersama-sama membantu Derna dalam penderitaan yang belum pernah dialami negara ini sejak gempa bumi di Kota Al-Marj pada 1960-an lalu," tambah Bushiha.

Baca juga: 2.000 dilaporkan tewas dan ribuan hilang disapu banjir bandang di Libya timur

Baca juga: Banjir bandang di Libya, Turki kirimkan tiga pesawat bantuan kemanusiaan