Tokyo (ANTARA) - Harga minyak jatuh pada di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, memperpanjang kerugian hari sebelumnya, di tengah kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan setelah Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pengisian ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR) negara itu mungkin memakan waktu beberapa tahun.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 48 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 75,43 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 52 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan pada 69,44 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan tersebut masih berada di jalur untuk kenaikan mingguan sekitar 3-4 persen, pulih dari penurunan mingguan terbesar dalam beberapa bulan terakhir karena krisis sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.
"Ada aksi jual dari pandangan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengisi kembali cadangan minyaknya bahkan jika harga WTI berada di 67-72 dolar AS per barel," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities.
Granholm mengatakan kepada anggota parlemen pada Kamis (23/3/2023) bahwa akan sulit untuk memanfaatkan harga yang rendah tahun ini. Penjualan yang diarahkan oleh Presiden Joe Biden tahun lalu mendorong persediaan ke level terendah sejak 1983.
Gedung Putih mengatakan pada Oktober akan membeli kembali minyak untuk SPR ketika harga berada di atau di bawah sekitar 67-72 dolar AS per barel.
"Pasokan minyak mentah yang berkelanjutan dari Rusia ke pasar global juga menambah tekanan," kata Kikukawa, memprediksi bahwa harga acuan kemungkinan akan menguji level terendahnya awal pekan ini juga karena masih ada kecemasan tentang sektor perbankan.
Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan pemotongan yang sebelumnya diumumkan sebesar 500.000 barel per hari (bph) dalam produksi minyak Rusia akan berasal dari tingkat produksi 10,2 juta barel per hari pada Februari, lapor kantor berita RIA Novosti.
Itu berarti Rusia bertujuan untuk memproduksi 9,7 juta barel per hari antara Maret dan Juni, ketika pengurangan produksi akan diberlakukan, menurut Novak - pengurangan produksi yang jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan Moskow sebelumnya.
Di sisi yang mendukung, Goldman Sachs mengatakan permintaan komoditas-komoditas melonjak di China, importir minyak terbesar dunia, dengan permintaan minyak mencapai 16 juta barel per hari. Bank memperkirakan Brent akan mencapai 97 dolar AS per barel pada kuartal kedua tahun 2024.
Baca juga: Harga minyak stabil di Asia, kesepakatan bank redakan beberapa kekhawatiran
Baca juga: Harga minyak turun di Asia, keruntuhan SVB membuat pasar keuangan ketakutan